Jump to ratings and reviews
Rate this book

Urban Thriller

Playing Victim

Rate this book
Berpura-pura menjadi korban, viral, dan musuh tersingkirkan. Tiga sahabat mencecap ketenaran dan terhanyut di dalamnya. Yang perlu mereka lakukan hanya mengunggah sesuatu di media sosial dan mendapatkan simpati netizen.

Intensitas permainan semakin tak terbendung. Menjadi korban kekerasan, dibuntuti penguntit, hingga disiksa orangtua sendiri. Skenario diperankan dan saat plot mencapai puncak, mereka menyadari satu hal: netizen menginginkan sesuatu yang dramatis. Akhir yang tragis.

Untuk menjadi yang terbaik, beranikah mereka menghalalkan segala cara? Bahkan berkorban nyawa?

400 pages, Paperback

First published June 12, 2019

13 people are currently reading
245 people want to read

About the author

Eva Sri Rahayu

24 books121 followers
Menulis thriller, romansa, dan chicklit. Menyukai kucing, dandelion, dan warna hijau. Margaret Mitchell dan Scarlet O'Hara adalah inspirasinya.

Buku:
1. Voice from the Past (Gramedia Pustaka Utama, 2019)
2. Playing Victim (NouraBooks, 2019)
3. Parade Para Monster (Clover, 2017)
4. TwiRies - The Freaky Twins Diaries (deTeens, 2014)
5. Love Puzzle (Teen@Noura, 2013)
6. Dunia Trisa (Stiletto Book, 2011)
7. I'm Not an Underdog (Bukupop, 2006)

IG: @eva.srirahayu

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
40 (17%)
4 stars
106 (45%)
3 stars
63 (27%)
2 stars
20 (8%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 97 reviews
Profile Image for Nisa Rahmah.
Author 3 books105 followers
August 3, 2019
Gilaaaaa buku ini keren banget!

Aku baru membelinya semalam, dan siang tadi langsung kuselesaikan. Jadi jangan tanya lagi tentang gaya penulisannya, karena benar-benar mengalir untuk buku setebal dan lumayan rapat tulisannya seperti ini (font-nya gede, kok, mungkin ini jadi alasan juga kenapa bacanya jadi cepat dan lancar kayak jalan tol).

Pertama-tama, aku akan mengatakan bahwa ulasanku ini adalah sebuah apresiasiku atas kegeniusan penulis dalam meramu cerita ini. Isu kekinian yang sangat-sangat relate dengan kondisi saat ini dieksekusi dengan sangat baik. Pembaca tidak diajak menebak-nebak apalagi sok-sok menjadi detektif dalam kisahnya, tapi pembaca dibawa langsung merasakan dari dekat bagaimana perubahan psikologis para tokohnya, dan itu benar-benar nyata adanya pada kondisi sekarang.

Tiga sahabat mendadak viral karena sebuah plot yang mereka rencanakan hanya untuk menyingkirkan orang yang mereka benci. Dan salah satu adegan paling berkesan dalam buku ini justru muncul dari interaksi ketiga karakter dengan guru BK mereka. Tahu nggak, ini yang harusnya dilakukan saat ada kondisi kumpulan siswa terlibat dalam skandal yang meresahkan dan viral. Aku kayak yang teriak, "Bener! Gini lho seharusnya yang dilakukan, menempatkan sekolah, siswa, dan karakter sebagaimana layaknya realita yang terjadi di lapangan." Saya kadang suka gemas kalau membaca cerita yang karakternya terlalu hitam dan putih, yang jahat ditampilkan sangat jahat sehingga mereka tidak ditampilkan secara manusiawi. Karakter di novel ini benar-benar tumbuh, membawa bibit-bibit luka masa kecil yang kemudian tumbuh subur karena tuntutan sosial saat mereka sedang dalam proses mencari jati diri.

Saya menikmati proses perubahan mereka, saat mereka "memberi makan" ego yang ada dalam diri mereka, keresahan untuk diakui dan dilihat secara personal, keinginan agar lebih menonjol daripada sahabatnya yang lain. Kadang memang seperti itu, orang yang paling dekat denganmu bisa melukaimu jauh lebih besar ketimbang orang lain. Dan ketika orang lain serempak melakukan penghakiman atas dirimu, sementara kamu sudah menyatakan perang terhadap orang yang paling mengetahui apa adanya dirimu, kamu tidak bisa melakukan hal lain untuk mengubah keadaan kecuali berupaya agar mendapatkan simpati dari orang-orang. Cara mudahnya? Ya dengan bermain peran sebagai "korban".

Saya berharap buku ini bisa dibaca oleh banyak orang, terutama mereka yang setiap harinya berupaya mencari-cari cara untuk menarik banyak perhatian khalayak luas—sayangnya, yang begini itu banyak. Sangat banyak.

Gila keren banget pokoknya. Rapi banget ini cerita, sebab-akibatnya masuk logika, dan pembaca dibawa larut dalam ceritanya. *Menjura*
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
August 2, 2019
Enam tahun lalu, di ulasan novel Love, Hate & Hocus-Pocus, saya pernah bilang kalau saya akan memberikan bintang lima untuk novel yang sukses menyandra waktu tidur saya. Novel ini berhasil melakukan hal itu.

Ceritanya tentang tiga orang sahabat: Isvara, Afreen, dan Calya yang menjadi terkenal setelah video mereka pingsan dan berpura-pura menjadi korban risak guru olahraga mereka viral. Beberapa bulan setelahnya, ketiga siswi itu berpisah dan melanjutkan perkuliahan mereka di kampus yang berbeda.

Hidup mereka berubah karena kepopuleran yang mereka miliki. Afreen menjadi musisi internet dan namanya terangkat. Calya mengadospi imej bad girl dan memiliki penggemarnya sendiri. Sementara itu, Isvara merasa tersisihkan karena dia justru mulai ditinggalkan para followers-nya di sosial media. Kehidupan mereka bersitegang saat salah satu dari mereka memperoleh penghargaan dan kini segala cara akan mereka lakukan demi popularitas.

Premis novel ini rasanya dekat dengan kehidupan saat ini yang begitu akrab dengan sosial media. Orang berlomba-lomba untuk mempromosikan dirinya (atau produknya) di sosial media demi mendapatkan rekognisi atau, kalau memungkinkan, uang. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Siapa, sih, yang tidak mau mendapatkan pengakuan sosial atau bahkan pendapatan lewat sosial media? Tapi, hal ini akan menjadi masalah saat kepopuleran dan jumlah followers menjadi obsesi, seperti yang terjadi kepada ketiga tokoh di novel ini.

Emangnya nggak capek, ya, terus-terusan jadi victim? Se-desperate itu buat cari perhatian? (hal. 147)


Ketiga karakter utamanya punya rasa yang kuat dan diolah dengan baik. Isvara, Afreen, dan Calya masing-masing punya plot yang menarik dan membuat saya peduli. Mereka punya hal-hal yang membuat simpatik dan tidak hanya sekadar karikatur orang yang kecanduan sosial media. Akhir ceritanya juga menarik, walau menurutku bagian epilognya klise untuk genre ini dan tidak diperlukan.

Keluhan untuk buku ini datang dari sisi tokoh pendukungnya, para cowok di novel ini, yang mungkin bisa lebih digali dan dimunculkan latar belakangnya. Khususnya salah satu tokoh yang punya peranan penting bagi cerita.

Secara keseluruhan, Playing Victim adalah novel thriler yang bagus. Karakter dan plotnya menarik. Misteri yang ada juga ditulis dengan baik dan membuat penasaran.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
July 12, 2019
"Ada ruang-ruang kelam dalam hati manusia, salah satunya ditempati rasa bersalah."

Tiga sahabat, Afreen, Calya dan Isvara tak sengaja membuat heboh seisi sekolah dan warganet di dunia maya atas sebuah kejadian yang menimpa guru mereka di sekolah. Mendadak, ketiga siswa biasa-biasa saja ini menapati sorotan di berbagai kanal sosial media. Walaupun, yeah, sebut saja itu sebuah "skandal" namun, herannya masing-masing dari mereka menikmati ketenaran-tak-terduga itu.

Persahabatan yang tadinya didasari ketulusan sampai-sampai mereka membuat sumpah saling setia segala (miriplah seperti unbreakable vow alias sumpah tak terlanggar di Harry Potter) ini berlahan mengendur. Terlebih saat porsi ketenaran antar ketiganya timpang. Ialah Calya yang kemudian menduduki posisi puncak sebagai influencer tenar karena kerap berpenampilan berani secara fashion dan juga sering mengubar kemesraan-tak-wajar dengan Dafis, pacarnya.

Nganu, yang ada di benak saya untuk kedua tokoh ini ialah Anya Geraldine dan pacarnya Okky yang dulu bikin heboh warganet hehe. Nah, hubungan Calya dan Dafis di buku ini saya kira miriplah seperti hubungannya Anya dan Okky. Oke lanjut.

Isvara yang mendapatkan porsi ketenaran paling sedikit menyimpan iri. Terlebih saat Calya dan Afreen sering mendapatkan endorse produk ternama sedangkan dia tidak karena jumlah followersnya sedikit.

Namun, terlepas di kehidupan di dunia maya, masing-masing dari mereka punya permasalahan yang berat di dunia nyata. Afreen misalnya, hubungan dia dan orangtuanya tak harmonis. Isvara pun demikian, dia hanya tingga dengan ibu dan adiknya pasca kejadian buruk yang menimpa ayahnya. Sedangkan Calya? dia harus berhadapan dengan sosok misterius, si penguntit, yang hari demi hari kian mengancam nyawanya.

Selain dari tokoh ini, ada juga Chris, pria yang sebetulnya lebih dicintai Calya ketimbang Dafis, lalu ada juga Prisha, influencer/artis ternama yang hidupnya bersisian dengan mereka terutama dalam hal merebut simpati publik.

Sebagaimana tema novel ini yang thriller, saya dapat merasakan tensi ketegangan yang sebetulnya sudah dibangun sejak halaman pertama dan terus menguat sampai akhir. Salut untuk penulis yang dapat mempertahankan keterikatan pembaca, buktinya saya dapat menamatkan buku setebal hampir 400 halaman ini dalam dua kali duduk saja hwhw (tadi malam saat menjelang tidur, baca sambil ditemani film Insidious, dan hari ini lepas Jumatan, saya tuntaskan setengah sisanya).

Saya suka dengan tema buku ini yang dekat dengan kehidupan gini hari. Walaupun tokoh rekaan, saya tahu, di luar sana ada orang-orang yang sedemikian kerasnya memperoleh ketenaran (yang diukur dengan jumlah followers dan endorse) hingga melakukan cara-cara yang busuk. Well, honestly, I can say, saya kenal beberapa di antarnya walaupun ya gak separah ketiga tokoh ini.

Kekurangannya apa ya? ada satu momen yang menurut saya too good to be true, yakni saat Isvana membantu Afreen memperoleh gelar prestius di bidang ketenaran yang melibatkan Prisha (eh pas baca, saya tuh kebayangnya dedek bebeb Maudy Ayunda loh tokoh ini hwhw). Menurut saya, eksekusi bagian ini agak terburu-buru. Tapi untungnya tidak menyurutkan keasyikan untuk terus membaca halaman demi halaman.

Buat Mbak Eva, selamat atas bukunya. Ini keren! Makasih juga buat Arako yang udah kasih pinjem (sampe bikin saya ngebut baca karena bentar lagi bukunya akan dibalikin hwhwhw).

Skor akhir 8,5/10 dari saya.

Oh ya beberapa kutipan menarik yang saya catat di hape.
- "Lelaki itu kelewat dangkal, terlalu membosankan" Hal.31

- "Sahabat sejati nggak saling meracuni, Kak. Nggak bikin sahabatnya terjebak dalam situasi serba salah kayak gini." Hal.187

- "Bukankah balas dendam paling menyakitkan adalah mempersembahkan kesuksesan?" Hal.221.
Profile Image for Stef.
590 reviews190 followers
November 27, 2019
Never expected that local thriller can be so really good. Mengambil tema social anxiety disorder yang mungkin banyak di alami banyak orang, kecanduan sosial media untuk ketenaran dan pengakuan warga dunia maya. Setengah bab awal lumayan intense dan bikin penasaran kelanjutan drama tiga sahabat ini, namun setelah 2/3 bab plot cerita nya sedikit membosan kan dan banyakan drama nya.
Baru menuju akhir intensitas cerita semakin naik, sedikit merinding di bagian cerita drama nya salah satu temen nya, yang ku pikir cerita nya bakalan berganti horror pembantaian. Ending nya sedikit kurang sreg aja. After all, It's really a good thriller that having related with our society.

Terkadang emang ketenaran dunia maya sedikit memabukan dan bikin orang-orang melakukan segala cara untuk tetep eksis dan mendapat pengakuan, meskipun melakukan hal di luar nurani nya.

So, Hello Victim, wanna play ?
Profile Image for Rezza Dwi.
Author 1 book277 followers
October 23, 2019
Bintang... tiga koma sekian yang kubulatkan ke atas.

Drama... drama... oh drama...
tapi bagus 😂
Well, hidup memang kadang sedrama itu.

Tema yang diangkat bikin aku stress sebenernya. Tentang orang-orang yang gila tenar, gila hits, gila followers, likes, komen... orang-orang yang beneran kecanduan dunia maya. Segala hal demi konten IG, youtube, twitter...

Aku capek sendiri 😂

Serunya, penulis jago bikin ceritanya ngalir. Walaupun makin ke sini makin drama banget, tolong 😂

Relate dengan kehidupan zaman now. Bagus buat jadi tamparan *tepuk tangan*

"Apa sih yang lebih penting? Followers apa ketenangan hidup lo?" kata aku setelah membaca buku ini.
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews852 followers
August 9, 2019
Eva Sri Rahayu
Playing Victim
Noura Books
400 halaman
7.8

The first half of Playing Victim is a Best Book material with gritty and intense plot, bounded by a very topical idea, but this exhilarating ride goes downhill so fast in the second half of the book as the rushed resolution of the conflict seems to simplify the important and heavy theme that Eva Sri Rahayu tries to convey.
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews88 followers
October 16, 2019
Ini tentang kisah 3 sahabat yaitu Afreen, Calya dan Isvara. Ketiganya ini berbeda karakter tapi bisa saling mendukung. Hingga suatu hari keadaan berubah.

Karena insiden yang menimpa ketiganya, membuat mereka menjadi viral. Mereka bertiga mendadak populer dan menjadi perhatian netizen. Follower naik dan tawaran demi tawaran terus datang menghampiri.

Namun, ternyata segala bentuk perhatian itu menjadi candu. Awalnya hubungan ketiganya baik-baik saja, tetapi akhirnya malah saling bersaing dan menjatuhkan. Netizen butuh sesuatu yang lebih, berita yang lebih menghebohkan lagi.

Mereka pun saling berlomba menciptakan berita baru. Yang tak mereka sangka-sangka, itu semua semakin membuat mereka terjerumus lebih jauh. Bahkan nyawa pun terancam.
Bagaimana akhir kisah ketiganya?

Sejak pertama kali membaca novel ini, aku dibuat penasaran dengan kisah Afreen, Calya dan Isvara. Bagaimana media sosial sangat mempengaruhi kehidupan ketiganya. Awalnya bersahabat menjadi saling bersaing dan menjatuhkan hanya demi 1 kata "popularitas".

Tapi, apa mereka puas setelah melakukannya? Jawabannya TIDAK, mereka seakan terjebak dan semakin jatuh lebih dalam. Nyawa pun menjadi taruhannya. .

Idenya menarik dan kekinian banget. Rasanya sulit menebak mau dibawa kemana kisah ini. Aku dibuat penasaran dan terus membaca halaman demi halaman. Adrenalin meningkat, butuh dituntaskan ... Kali ini Eva benar-benar rapi sekali memainkan konflik.

Novel yang sejak lembar pertama mencuri perhatianku. Rasanya sulit melepas novel ini hingga lembar terakhir, karena aku benar-benar clueless bakal dibawa kemana dan berakhir seperti apa.

Jika di novel lainnya aku masih ada bayangan dan bahkan mulai menebak-nebak, novel ini tidak. Aku membiarkan diriku larut dengan kisah Afreen, Calya dan Isvara. Ikut merasakan semua drama yang mereka buat untuk tujuan yang sama "popularitas". Rasanya aku benar-benar deg-degan, drama apa lagi yang akan mereka buat, agar bisa lebih unggul dari yang lain. Tapi, yang paling menegangkan itu saat nyawa mereka pun dipertaruhkan.

Membaca kisah 3 sahabat ini aku jadi diingatkan untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Aku baru tahu kalau ada yang namanya social media anxiety disorder (walau dalam novel ini seingatku hanya disebut 1x), tapi dari tingkah laku dan gejala-gejala yang ditunjukkan memang tokoh-tokoh disini terkena gejala itu. Seram juga ya.

Secara keseluruhan, kamu suka membaca kisah thriller bersetting modern dan kekinian, Playing Victim adalah jawabannya. Aku jadi makin penasaran untuk membaca seri Urban Thriller lainnya. .

Yang jelas, aku benar-benar puas membaca tulisan Eva kali ini. Buat aku yang sudah mengikuti tulisan Eva dari novel pertamanya, novel ini menunjukkan kematangan tulisannya. Bagaimana dia mengelola dan mengeksekusi konflik, karakter, alur, setting dan semua elemen dalam novel ini. Proud of you, Eva
Profile Image for Autmn Reader.
881 reviews91 followers
February 26, 2024
Sebenernya aku rada galau apa aku lebih suka cerita ini atau suicide knot, ahaha.

Ceritanya tentang 3 sahabat yang melakukan segala cara demi popularitas. Mereka ini sakit semua, asli, wkwk.

Pros:

1. Aku suka gimana pembaca dibawa pelan-pelan buat meresapi kesakitan mereka. Bermula dari hal yang dipandang kecil. Pelan-pelan mereka jadi makin gila semuanya.

2. Eh aku suka banget lho sama Isvara, wkwk. Dia ini licik, cerdik, manipulatif. Yang dua lain emang sama-sama licik. Tapi yang sampai akhir mulus tuh ya Isvara. Dabest memang.

3. Suka banget aku ama layer yang berkarakter kayak gini. Mereka ini orang-orang buruk yang gak selalu buruk. Ada sisi kemanusiaan yang ditunjukkan mereka. Makannya di satu sisi aku benci banget ama mereka, tapi di sisi lain aku malah seneng ngikutin kelakuan mereka. Pokoknya character's arc-nya kereen. Eniwe i hate them as person, but i love them as characters. Porsi mereka juga pas kok.

Cons:

1. Penjelasan apa yang udah dilakuin para tokoh di akhir. Rasa-rasanya terlalu berdampingan dan jandinya malah kek dijejelin informasi. Awalnya yang harusnya mengejutkan malah kerasa datar aja jadinya.

2. Dramanya. Iya ini drama banget sumpah, wkwk. Kadang ada satu titik di mana aku ngerasa mereka lebay banget, wkwkwk
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,430 reviews73 followers
May 1, 2022
What the??? Apa yang barusan kubaca? Kok epilognya begitu??? Argghhh!

Novel ini dengan telak memperlihatkan sisi mengerikan dari media sosial. Rasanya seperti menenggak racun dosis ringan secara berkala. Pelan tapi pasti jalinan ceritanya mencekik sampai terasa sesak ketika satu demi satu karakternya berubah jadi gila dalam pengejaran mereka untuk mendapatkan pengakuan dari dunia maya. Membaca tingkah para karakternya dan segala insiden yang menimpa mereka menimbulkan perasaan sangat tidak nyaman. Tapi toh aku tetap tidak bisa berhenti membacanya karena ingin tahu bagaimana kisah ketiga karakter itu berakhir. Totally page-turner.

Kurasa sebenarnya kalo endingnya dibuat lebih tragis, impact-nya bakal lebih mengentak. Tapi tampaknya penulis masih menyayangi para karakternya dan memberi mereka kesempatan untuk mendapatkan pengampunan. Sebagaimana orang-orang di dunia nyata, sebejat-bejatnya mereka, tentu mereka juga mengharapkan adanya kesempatan kedua. Meskipun... epilognya langsung bikin ambyar. Tiga orang ini beneran tobat gak sih?

Terus gimana cara Afreen bikin video yang menampilkan orangtuanya sampai kaya gitu? Yang kenal orangtuanya ga bersuara apa waktu lihat video itu diupload?

Sejujurnya aku mempertanyakan soal Afreen. Halusinasi dan split personality itu berat. Tapi endingnya memperlihatkan resolusi yang terlalu ringan buat dia.

Still, novel ini bikin aku sakau, ga bisa berhenti baca sejak sahur sampai sekarang. Ya Tuhan.

Penjahat sebenarnya adalah para netizen!

Aku mencoba menelusuri behind the scene pembuatan novel Playing Victim. Penulisnya menjabarkannya secara ringkas di situs webnya di sini: https://tamanbermaindropdeadfred.word...

Menggetarkan. Aku salut karena penulis bisa merampungkan kisah seapik ini dalam kondisi setertekan itu. Ya Tuhan. Semoga selanjutnya kehidupan jadi jauh lebih ramah buat penulis. Mungkinkah berbagai cobaan yang dialami penulis saat menggarap buku ini merasuk ke dalam tiap aksara buku Playing Victim? Soalnya sesaknya kerasa banget. Ya ampun.

Next moga aku bisa bikin review yang lebih terstruktur soal buku ini.
Profile Image for Afiff #bookwormindo.
104 reviews4 followers
August 5, 2021
Seseorang tolong jelaskan kenapa buku ini sangat adiktif😍 untukku yang biasanya baca 1 buku baru habis dalam seminggu, buku ini aku habiskan dalam waktu 2 hari aja, aku dibayang²in buku ini terus pas melakukan kegiatan lain, jadi cepet² balik baca buku lagi😭

Buku ini bergenre Urban (piskologi) Thriller dengan mengangkat isu social media anxiety disorder yang mana sangat relatable dengan permasalahan sekarang (poin +). Tulisan penulis keren banget, mengalir bikin cepat-cepat balik halaman selanjutnya, lalu aku juga suka format bukunya di mana seolah² ada gambar social media (menarik banget😍).

Untuk ceritanya sendiri tentang persahabatan tiga orang yang bermain playing victim gitulah intinya, dan Oh My God😱 aku appreciate bgt sih sama penulisnya, pinter banget ngeramu cerita yang begitu Toxic sekaligus juga relate dg kehidupan nyata. Buku ini beneran membuka mataku banget,  karena aku sendiri (alhamdulillahnya) gak pernah ada di Circle Toxic kaya gitu, aku jadi paham pikiran dan perasaan orang² kaya gitu bagaimana, asli aku speechless banget karena hampir semua tokoh disini toxic parah🔥😡 (asli greget bgt pas baca🔥). Tapi disitulah letak keseruan cerita ini, penulis juga pintar banget bikin karakter ketiga²nya terlihat dan menonjol dengan keunikan mereka

For some reason aku ngerasa banget vibes sisi kelam ibukota dari buku ini (sedih sih), dan dalam hatiku ngerasa kalau hal seperti ini beneran terjadi🥺. Terakhir aku berharap buku ini banyak yang baca, karena disitu ada pelajaran yg bisa dipetik, dan menurut aku buku ini cocok banget dibaca oleh remaja² yang mulai mengalami quarter life crisis, mungkin ada yg relate dengan ceritanya

Kalau boleh jujur endingnya rada kurang greget krn di akhiri dengan akhir yg baik dan rasional, aku bayanginnya bakal berakhir fenomenal😅, dan aku lihat ada komentar orang kalau buku ini drama banget (dan jujurly iya🙈) tapi menurutku ini drama yg seru banget😍 5/5 ⭐ for me❤
Profile Image for Ipeh Alena.
543 reviews21 followers
September 4, 2019
Playing Victim ini mengangkat tema Social Media Anxiety Disorder. Yang cuma disebut sekali saja. Selebihnya, ciri-ciri sampai dampak yang ditimbulkan. Dijelaskan melalui kisah tiga orang sahabat yang berusaha untuk bisa viral di dunia maya.

Kalau kalian berpikir akan diceramahi hingga dijabarkan masalah teknis dan medisnya. Sayang sekali. Di sini kalian hanya akan mengikuti kehidupan mereka. Dimana saat membaca, kalian tidak akan sempat memaki tokohnya, kalau saya begitu. Hingga tak sempat untuk mencegah mereka.

Saya cuma disuguhi cerita yang membuat saya harus pasrah mengikuti.


More https://www.bacaanipeh.web.id/2019/09...
Profile Image for Gabriella Halim.
194 reviews13 followers
September 9, 2019
more on: https://whatsgabyread.blogspot.com/20...

Salah satu novel urban thriller jebolan Noura yang mengangkat tema media sosial yang cukup berbahaya kalau tidak bijak dalam penggunaannya, mulai dari Facebook, Instagram, dan juga Youtube. Bijak ini baik dari sisi pempublikasian apa yang seharusnya kita share, kita harus bisa mempertanggungjawabkan hal itu. Sering banget kan akhir-akhir ini banyak orang yang nggak bertanggungjawab sama apa yang dia share di linimasanya? Dan kalau udah jadi kasus, malah seenaknya aja ngelempar hal itu ke orang lain, terus malah jadi saling tunjuk. Nggak keren banget lah.
Profile Image for Bila.
315 reviews21 followers
August 5, 2019
Media sosial mana pun suatu hari bakalan hilang, tapi manusia selalu butuh bertemu, saling bicara dari hati ke hati. (hal.107)


Rate sebenarnya: 4.9

Thriller pertamaku, dan aku bisa bilang buku ini seru dan dalem banget pesannya. Serius.

Menceritakan 3 sahabat, Calya, Isvara, dan Afreen, yang setelah mulai populer (karena playing victim) malah saling 'senggol bacok' demi popularitas di dunia maya belaka.

Menurutku, porsi thriller-nya di awal-awal memang kerasanya dikit. Lebih dibawa ke cerita drama yang dialami mereka bertiga dengan penuh kemunafikan, kelicikan, dan pencitraan. Tapi kebelakang makin mencekam, bahkan sakit jiwa.

Masalah misterinya, sebenernya sih kalau pekaaaa banget bakal gampang kebaca siapa dalang di balik salah satu permasalahan. Tapi itu hanya sedikit. Dan itu cuma untuk satu masalah. Masalah lain? Ya tidak semudah itu.

Lalu, apa alasan utamaku kasih hampir bintang 5? Pesan yang disampaikan, mengenai bahaya bersosial media. Lewat buku ini kita diajak untuk melihat betapa berbahayanya sosial media jika kita sudah kecanduan.

Media sosial itu keras, Sayangku.

Kalau mau merasakan pesannya, ketegangannya, BACA SENDIRI! Sangat kurekomendasikan bahkan untuk yang ga biasa baca thriller sepertiku. Serius!

Sahabat yang baik nggak membenarkan kesalahan yang diperbuat sahabatnya, Kak. Sahabat yang baik harus ngingetin. Kalau nggak bisa, tampar sekalian biar sadar. (hal.188)
Profile Image for Evi Rezeki.
Author 7 books34 followers
March 17, 2020
Novel ini meneror! Semua tokoh utamanya menarik dan kuat. Favorit saya Calya yang spontan dan ambius. Plotnya menegangkan dengan kejutan di sana-sini. Baca novel ini rasanya saya lupa bernapas saking serunya. Media sosial memang banyak masuk ke dalam berbagai novel tapi Eva sangat intens menggarap tema media sosial. Dengan cermat penulis menangkap fenomena-fenomena hari ini sebab kehadiran internet dan media sosial. Meramunya dengan apik dan menggigit.
Profile Image for putri.
274 reviews45 followers
February 28, 2021
Gak bisa menahan diri untuk gak memutar bola mata. Pesannya mudah dimengerti dan berhasil sampai, tapi eksekusinya kayak hm gimana ya, reaksi aku sih cuma: apa banget??

Beberapa adegan terasa familiar, mungkin karena aku aktif di sosial media dan sering lihat drama-drama kayak gitu sampai akhirnya bosan sendiri. Menurutku bukan sesuatu yang salah sih, tapi karena aku udah bosan jadi ya males bacanya😢
Profile Image for Jeon Dani.
132 reviews64 followers
January 11, 2020
Mengandung mini spoiler dan agak panjang!!!

description
Kembali lagi gue ngeriviu.

Playing Victim. awalnya gue biasa aja, enggak begitu tertarik buat baca, namun setelah beberapa kali gue nongki di gramed dan selaaaaalu aja ketemu sama nih buku, perhatian gue pun mulai tercuri, apalgi waktu liat di goodreads yang mana ratingnya cukup tinggi, membuat gue akhirnya membaca buku ini. Yah sesimpil itu gue.

Setelah sekian lama gak baca buku karena kecanduan marathon drama Korea. gue langsung disuguhin sama sesuatu yang agak berat dan penuh misteri kayak gini (sebenarnya gue pengen baca cerita romance yang manis-manis dan ringan tapi novel ini menarik perhatian gue dan gue udah kenyang sama ke-krispian drakor.)

Menurut gue novel ini tuh lebih kearah teenlit atau young adult biasa, cuma yang bikin dia masuk genre thriler karena adanya di penguntit dan masalah teori konspirasi si Afreen (ya gasi?)

Ada 3 orang tokoh utama dalam novel ini; Isvana, Afreen & Calya yang ketiganya adalah sahabat dengan segudang perbedaan, yang penuh dengan drama yang berbahasa gaul 'Playing victim'. Awal mula drama dimulai adalah ketika Isvana sakit hati karena body shaming yang dilakukan oleh Bu Rina--guru olehraganya. Ngebuat si Isvana punya ide untuk melakukan sesuatu sebagai pembalasan dendam yang mana dia lakuin sama kedua temennya itu. Dan rencana mereka berhasil, mereka pun jadi viral karena itu, mereka jadi populer akibat insiden itu.

menurut gue novel ini cukup realistis, karena apa yang di singgung dan diangkat dalam novel ini adalah sesuatu yang saat ini tengah menjadi candu bagi banyak orang terutama para kaula muda kaum milenial jaman sekarang, yang menjadikan medsos sebagai rumah, yang menstandratkan sesuatu dari sebuah popularitas, yang menuhankan sebuah followers dan mendewakan mereka. Dan hal ini harusnya bisa menjaditamparan telak dan juga singgungan yang cukup untuk membuat
siapapun mengakui bahwa apa yang ada didalam novel ini adalah benar dan fakta. Bahwa kita bisa menjadi bodoh dan gila hanya karena sebuah pengakuan.

1. Isvana yang stress dan mental breakdown, juga terserang alter ego hanya karena pengikutnya sedikit dan enggak pernah lagi dapat tawaran endorse kayak kedua temennya padahal dia merasa bahwa dia adalah pahlawan yang membuat kedua temennya itu bisa jadi setenar itu,
dan gue merasa kalo Isvara ini tipe cewek bucin nan tolol, gemes gue.

2. Calya yang mengusung tema 'bad girl' yang rela memamerkan bentuk tubuhnya serta mau membuat gimmick supaya folowersnya makin banyak semacam awkarin... well, idk. sampek diserang stalker.

3. Afreen yang menunjukan bakatnya dibidang musik hingga bisa membuat dia jauh lebih populer dari kedua temennya karena punyak akun yutubs, sampek kasus teori konspirasi semacam kode morse kek yang dialami sama Kate Yup.

Ketiga karakternya sukses bikin gue gemes yang lebih kearah Triggered gitu.

Well dari sini gue merasa kalo apa yang dialami dan apa yang dipikirkan oleh 3 tokoh itu adalah momok yang sering meracuni remaja milenial jaman sekarang. yang berlomba-lomba mendongkrak popularitas demi sebuah pengakuan sosial dan uang. enggak salah juga sih, karena siapa sih yang gak mau diakui? Siapa sih yang gak mau punya banyak uang apa lagi dengan cara mudah seperti para selebgram yang hanya nge-post foto udah bisa bikin rekeing mereka gendut? Dan gak munafik, bahkan gue pun mengakui kalo gue juga mau nyari uang segampang itu tanpa perlu CV, amplop cokelat dan rentetan ijazah.

Seperti pengalaman sebelumnya, ketika membaca novel dengan genre thriler dan misteri macem gini, sebisa mungkin gue enggak akan berpihak sama salah satu tokoh sekalipun itu tokoh utama, karena mereka enggak ada yang bisa dipercaya, pengalaman setelah baca Girls in the dark sama Holy *shit* mother.

Dan jujur, ketika baca ini, gue enggak ada respek sama satu pun diantara ketiga pemeran utama itu terutama Calya. Yah mereka emang punya sisi kelam tersendiri dalam hidup masing-masing, punya sesuatu yang bisa buat orang simpati, namun tetep aja gue sulit buat respek sama mereka, entahlah ... untuk para tokoh laki-lakinya pun demikian, gue enggak ada respek sama mereka.

Well cerita ini bagus, gak salah retingnya tinggi, banyak hal-hal realistis yang sering kali kita alami dibahas disini yang mana bisa bikin Playing Victim punya nilai plus tersendiri, itu keren banget. Cuma agak enggak sreg aja sama beberapa hal.

dan beberapa hal yang bikin gue tekekeh-kekeh,si author nih kayaknya terisnpirasi dari teori konspirasi beberapa youtuber waktu bagian Afreen ya? Gue rasa iya. Jadi inget #neror nya Nessie
Judge.

Dan well, untuk endingnya ...
description
Itu ekspersi gue.
Entah kenapa gue merasa not satisfied-lah. Karena mungkin, gue enggak mengharapkan ending seperti itu. Gue udah suka eding sebelum bab akhir dan epilog dimana mereka memenuji ikrar mereka.
Profile Image for Akaigita.
Author 6 books237 followers
February 28, 2020
Rate: 4.7

Aku masih belum menemukan kata-kata untuk mengulas novel ini secara mendalam, padahal kepingin banget. Untuk pembaca yang suka bilang "halah konfliknya flat banget" atau "sinetron banget" ke buku-buku yang sering dibaca, sudah waktunya hijrah dengan membaca buku ini.

Dari awal baca sampai epilog, asli emosiku diaduk-aduk sama kelakuan manusia-manusia di dalam novel ini. No one is like-able. Semuanya adalah contoh buruk. Tapi anehnya, di saat yang sama setiap tokoh punya minimal satu kualitas yang kuat dan nggak cuma menimbulkan masalah, tetapi juga menyelesaikan masalah.

Bingung?

Yah, ane contohin deh. Calya, tokoh utama kita, adalah cewek yang bold. Kepala batu. Dibilangin "gak usah dikit-dikit upload ke sosmed!" nggak mempan, meskipun udah dikuntit sama psikopat. Gimana dia menyelesaikan masalahnya? Ya dengan her boldness itu hahaha. Sasuga. Aku suka banget cara penulis nyiptain karakternya.

Lagi nih. Isvara itu orangnya manipulatif. Dia haus perhatian. Dia akan lakukan apa pun demi mendapatkan perhatian dari orang yang dicintainya, meskipun harus dihajar sampai babak belur. Tapi sisi manipulatifnya itu ternyata juga bisa dia gunakan untuk mempengaruhi orang lain, entah berbuat jahat atau baik. Jadi meski di satu sisi dia pathetic banget, di sisi lain dia adalah mastermind ulung.

Satu lagi deh. Afreen. Tipikal INTJ lah. Pintar, angkuh, perfeksionis, merasa dia pantas mendapatkan segalanya karena lebih unggul dan berjuang lebih keras dari orang lain. Kalau mau nyikut orang, dia selalu menggunakan tangan orang lain, jadi mainnya bersih. Saat udah putus sama teman-temannya pun, dia tetap mencari tangan-tangan baru untuk beraksi. Ingat Putri Azula di serial Avatar? Begitulah ujung-ujungnya si Afreen ini.

Di bab-bab awal mungkin agak flat karena nggak ada sesuatu yang menegangkan, tapi mampuslah begitu tiba di bab 7, sampai aku lihat-lihat ke belakang untuk mastiin nggak ada yang ngikutin (ya elu kan di rumah cuma berdua sama anak elu, Git, siapa juga yang mau buntutin?) Semakin tegang dan ngeri ketika cerita memasuki bab-bab "hari kejadian".

Yah, meskipun kayaknya di dunia nyata kita nggak bakal nemu yang separah trio attention whores ini, paling nggak kita waspada karena dunia kita sekarang ya begitu. Dikit-dikit sosmed, dikit-dikit sosmed.

Anyway, ini adalah contoh buku yang ditulis dengan bagus. Plotnya bagus. Penokohannya brilian (meskipun rasanya pengin getok kepala Calya pakai bata), dan pesan moralnya nggak menggurui. Narasinya benar-benar "masuk", bikin kita mau nggak mau mendukung setiap langkah yang dilakukan si tokoh meskipun itu sinting.
Profile Image for Melani Ivi.
55 reviews5 followers
September 7, 2019
"Hello..., Victim, wanna play?"

"Sejak kecil, kita selalu berada dalam lingkaran kompetisi. Berusaha menjadi lebih daripada orang lain dengan iming-iming prestasi, gelar, dan hadiah. Pernahkah kita berjalan satu langkah untuk keluar dari kotak yang didesain orang lain, terlepas dari penilaian dan hanya menjadi diri kita apa adanya?" (hlm. 195)

"... berhenti ngejar pengakuan di media sosial. Kita nggak butuh persetujuan mereka buat ngejalanin hubungan. Kita nggak hidup di layar ponsel..." (hlm. 241)


Bagi kalian, media sosial itu apa? Kebutuhan pokok, atau gaya hidup, atau sarana berekspresi, atau media penyambung ukhuwah kah?
Menurutku, pada dasarnya medsos diciptakan sebagai alat yang mempermudah hidup manusia, bukan sebaliknya alias memperumit apa lagi 'memperbudak' manusia. Setuju, nggak?
Tapi, udah bukan rahasia lagi ada yang 'keblinger' sehingga terjerat apa yang mungkin bisa diistilahkan 'social media anxiety disorder' yang akhirnya menciptakan kekacauan alih-alih kebaikan. Seperti yang dialami ketiga tokoh utama novel ini

Berawal dari 'drama setingan' demi menyingkirkan 'musuh' dan mendapat simpati, Afreen, Calya, Isvara menjadi selebritas dunia maya dadakan lewat video viral mereka. Lantas mereka ketagihan, berlomba-lomba menciptakan sensasi dan drama demi pengakuan warganet dan bertambahnya jumlah pengikut

Baca kisah trio ini tuh serasa dihajar bertubi-tubi, nggak diberi kesempatan bernapas lega barang sesaat. Konfliknya bercabang-cabang, melibatkan orang-orang sekitar, persaingan yang sadis, dan twists yang bikin bersumpah serapah. Sensasi ngedrama ibaratnya ala sinetron indonesia tuh dapat banget. Bener-bener kisah tiga orang yang 'sakit jiwa'. Yang 'waras' cuma segelintir tokoh saja. Wkwkwk...

Tapi, jika betah baca hingga halaman akhir, kamu akan mengapresiasi pesan moral cerita.
Socmed disorder mereka bukanlah akar permasalahan. Masing-masing sebenarnya punya masalah pribadi maupun trauma dari kehidupan nyata. Dunia maya adlh semacam pelarian, mencari pengakuan dan perhatian yang nggak didapat dari dunia nyata. Solusinya ya harus berani menghadapi, menguraikan, dan 'mengobati' akar permasalahan/penyakit, libatkan keluarga, meski ada kalanya berat terasa
Profile Image for Nida Najwa.
88 reviews4 followers
September 6, 2020
Aku baca novel ini awalnya dari wattpadnya @nourapublishing. Temanya membuatku tertarik, karena sosial media adalah sesuatu yang sangat melekat bagi manusia terutama anak muda zaman now. Apalagi berita-berita miring soal efek buruk media sosial cukup sering ditemui. Aku penasaran bagaimana penulis akan meramu topik ini dalam novelnya.

Aku nggak berekspetasi tinggi, karena niat awalnya ya cuma mau icip-icip dulu. Tapi tanpa disangka, aku jatuh hati pada ceritanya. Dan karena diwattpad gantung abis, aku sampai bela-belain beli buku cetaknya saking penasarannya.

Aku suka gaya bahasanya. Asyik dan mengalir banget. Feelnya kerasa banget dan pemilihan diksinya indah. Jadi aku bisa masuk dalam ceritanya.

Penokohan karakter terutama 3 tokoh utamanya juga kuat. Setiap adegan yg ada tidak sia sia, punya impact ke alur utama.

Dan plot twistnya... nggak nyangka banget sih kalau 'dia' pelakunya😱😱 Padahal nggak keliatan begitu. Juga beberapa kali aku tertipu dengan tindakan tokohnya. Abis dijelasin, jadi kesel sendiri😅😅

Dari ketiga konflik yang dialami mereka bertiga, buatku, kasus Afreen yang paling kerasa ngerinya. Aku jadi merinding sendiri. Padahal cuma via twitter dan komentar netizen, tapi kerasa banget. Serius, kasusnya Afreen bikin merinding banget. Aku bahkan harus break dulu karena takut. Soalnya kadang yang kayak gitu, kadang lebih menakutkan dari cerita horor.

Untuk endingnya, aku puas. Semua permasalahan terselesaikan dengan baik. Tapi epilognya bikin gagal paham. Jadi sebenarnya gimana sih?😱 Aku butuh pencerahan.

Cuma ada satu hal yang agak kurang yaitu tentang Chris. Dia punya peran yang cukup vital dicerita ini, tapi penjelasan tentang pribadi Chris jarang disorot. Jadi aku butuh penjelasan lebih rinci soal dia.

Intinya, kalau kamu mencari novel lokal dengan thriller yang cetar dan bikin deg-degan, aku sangat merekomendasikan novel ini.
Profile Image for Naza N.
359 reviews10 followers
July 31, 2019
... Oke, aku masih sangat speechless dan hangover, bahkan setelah 2 hari berlalu. SAKING BAGUSNYA, tentu saja (and why would I give 5 stars for a bad book?).

Playing Victim menceritakan tentang tiga sahabat bernama Afreen, Calya, dan Isvara yang mendadak viral setelah video mereka pingsan saat olahraga diunggah ke medsos. Pengikut mereka pun bertambah. Dan lama-kelamaan, mereka jadi punya branding sendiri: Calya yang suka mengumbar imej cewek nakalnya, Afreen dengan cover lagunya, sementara Isvara sendiri jauh tertinggal dari kedua sahabatnya. Timbul rasa iri di antara ketiganya. Persahabatan mereka retak, namun kembali diuji oleh kehadiran seorang sosok misterius yang menebar teror, serta kejadian-kejadian mengerikan yang menimpa ketiganya.

Jadi, dulu aku udah ngikutin cerita ini dari Wattpad. Ini salah satu seri Urban Thriller punya Noura yang benar-benar menangkap perhatianku dan kutunggu setiap update-nya. Dan setelah dijadikan buku cetak, hasilnya sama sekali nggak mengecewakan! Penulis dan penerbit bekerja sama dengan sangat apik sehingga bisa menerbitkan karya sebagus ini.

Buku ini menggambarkan bagaimana perjuangan seseorang (atau dalam kasus ini, tiga orang) untuk menjadi viral. Setelah cita-cita mereka tercapai, tentu keinginan mereka juga bertambah. Mereka harus mempertahankan eksistensi mereka di dunia maya bagaimana pun caranya. Dan nggak semua cara itu 'sehat', tentu saja. Banyak sekali drama, dan para warganet tentu saja siap memantau dengan segala hujatannya.

Selama membaca novel ini, aku bisa merasakan emosi ketiga tokohnya yang kebanyakan dipenuhi rasa iri dengki terhadap satu sama lain. Rasanya begitu menyesakkan. Hanya karena jumlah pengikut di medsos, persahabatan jadi hancur. Dan aku ngeri juga sih melihat bagaimana ambisi Afreen, Calya, dan Isvara dalam mengejar popularitas semu.

Aku suka gaya bahasa penulis. Nggak perlu kalimat yang berbelit-belit, tapi ngena dan mudah dicerna. Bacaan berat yang cukup ringan, menurutku XD

Salah satu pelajaran yang bisa dipetik dari novel ini adalah kita nggak boleh langsung percaya dengan apa yang ada di internet. Apa yang kita lihat belum tentu sama dengan kenyataannya.
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
September 1, 2019
Kalau kamu mencari novel thriller kekinian yang menegangkan dari awal sampai akhir, novel ini saya rekomendasikan untukmu.⁣⁣
⁣⁣
Bercerita tentang tiga sahabat yang kecanduan media sosial, saling bersaing, saling menjatuhkan, saling memusuhi, dan kemudian mengundang bahaya yang mengancam nyawa demi ketenaran dan simpati warganet.⁣⁣
⁣⁣
Hampir semua tokoh dalam novel ini "gila": gila medsos, penguntit psikopat, "suka" menyiksa pacar, dsb. Sebagian besar kegilaan mereka bermuara kepada kurangnya perhatian dan tak ada tempat untuk menyalurkan uneg-uneg mereka.⁣⁣
⁣⁣
Sejak awal, saya tak bisa berhenti membaca novel ini. Penasaran banget bagaimana akhir kisah mereka, karena saya sama sekali tak bisa mengira-ngira premis cerita ini. Misteri apa yang disimpan di belakang juga masih sangat abu-abu, tapi bikin penasaran maksimal.⁣⁣
⁣⁣
Seperti seri urban thriller Noura yang sudah saya baca sebelumnya (Suicide Knot), saya juga sangat menyukai novel ini. Keduanya memberikan sensasi thriller yang sangat berbeda, tetapi sama-sama bikin puas. Bedanya, setelah membaca Playing Victim, saya merasa lega karena tidak lagi memikirkan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Semuanya tuntas.⁣ Tapi untuk mencapai ke sana, capai sekali membayangkan kegilaan demi kegilaan yang tidak habis-habisnya. Bikin bergidik.
⁣⁣
Ah, jadi makin penasaran sama seri lainnya (The Good Neighbor, Every Wrong Thing, dan Dua Dini Hari), kan. Sabaaar ... sabaaar.⁣⁣
⁣⁣
Terima kasih sudah menuliskan ini, Teh Eva. Juga terima kasih kepada Noura karena telah menerbitkannya. Selain sensasi thrillernya begitu terasa, novel ini juga sarat pesan tersirat maupun tersurat yang penting diketahui kaum milenial.⁣⁣
⁣⁣
Saya tunggu novel thriller selanjutnya, Teh Eva. 🙆🏻‍♂️😃⁣⁣
⁣⁣
Profile Image for Nathania.
140 reviews3 followers
August 1, 2022
Blurbnya menarik banget dan aku pribadi yakin bakal relatable apalagi untuk jaman yang serba digital kayak sekarang. Namun, ternyata ekspetasiku jatuh setelah baca novel ini. Aku pribadi nggak nyambung dengan gaya kepenulisannya, terutama bagian dialog antar tokoh. Dialog antar tokohnya terasa dibuat-buat dan entah kenapa cringe. Alur ceritanya terlalu cepat dan terburu-buru, tapi juga membuat bosan terutama ketika mencapai halaman 200 lebih. Karakternya pun nggak bisa meraih simpatiku sama sekali, bahkan agak gedeg dengan para tokoh di novel ini seperti nggak ada yang normal sama sekali. Aku rasa novel ini juga ada plot holenya, satu peristiwa nyambung ke peristiwa lain secara tiba-tiba. Selain itu, epilognya cukup mengganggu buatku, padahal bab terakhir sudah diakhiri dengan baik ternyata epilognya malah buat aku mikir 'kenapa malah dilanjut kayak gini lagi?'.
Profile Image for M. Fadli.
Author 8 books24 followers
October 18, 2019


Novel ini mungkin novel Urban Thriller tercepat yang saya baca. Padahal novelnya sangat tebal bila dibandingkan dengan urban thriller lainnya.

Yang ingin saya soroti di novel ini adalah karakter dan tema yang diangkat. Tiga sekawan itu memang punya adiksi yang aneh, namun itu terjadi di tengah masyarakat kita. Selain itu tema yang diangkat memang sangat relate dengan kejadian saat ini. Social media anxiety disorders itu nyata, dan bisa bertambah buruk.

Satu-satunya yang menurut saya agak kurang adalah bagian endingnya, khususnya yang terjadi kepada ketiga karakter. Saya tidak terlalu berharap kalau mereka akan 'menyesal'
Profile Image for Majingga Wijaya.
152 reviews19 followers
August 10, 2020
Akhirnya selesai juga baca novel ini dan nggak ragu ngasih 5 bintang langsung
Pesan yg disampaikan dapet banget. Apalagi narasi yg dibuat bener-bener bisa menggambarkan jalan cerita. Tegang, sebel, jengkel, marah, nggak habis pikir, haru, semua emosi dapet banget di novel ini. Narasi yg panjang justru bikin betah buat baca.

Tp novel ini beneran ending di epilog kan?
Profile Image for Amaya.
742 reviews57 followers
February 4, 2025
Actual rating: 3,75

Bukan hal baru jika media sosial bisa menjadi tempat selain menyenangkan juga mengerikan. Hal-hal yang seharusnya menjadikan orang lain terhibur tiba-tiba berubah menjadi ajang perebutan validasi.

Begitu juga yang dialami Isvara, Calya, dan Afreen. Setelah berita mengenai pingsannya Isvara akibat "kekejaman" guru olahraganya, berujung pemecatan sang guru, viral, ketiganya berlomba membuat diri mereka menjadi terkenal dan mendapat banyak perhatian.

Setelah lulus SMA, pamor mereka kebut-kebutan. Afreen berhasil menjadi selebgram yang menarik banyak perhatian berkat konten-konten membuat musiknya. Calya menjadi selebgram dengan label cewek badass dan tidak jarang memperlihatkan gaya hidup bebas. Sedangkan Isvara, belum menjadi apa-apa.

Kecemburuan muncul ketika yang lain mendapat lebih. Lalu masing-masing mencari cara menjatuhkan satu sama lain. Persahabatan mereka putus dan permasalahan datang satu per satu membuat ketiganya memilih jalan ekstrem untuk mempertahankan eksistensinya di dunia maya.

Hal fana dan maya lama-lama bikin muak. Apalagi setelah melihat usaha tiga sahabat di buku ini. Enggak ada yang lebih gila, semuanya gila. Demi popularitas semu, mereka rela mengorbankan kewarasan juga nyawa.

Jujur kalau ditanya siapa yang paling bikin kesal bingung, sih, karena semuanya gila. Isvara rela kena KDH demi bisa menarik perhatian banyak orang. Bagian dia sampai harus cek HP--utamanya medsos--itu sakit banget. Rasanya kepengin neriakin mereka semua biar tobat. Ampun, deh, udah kecanduan itu, sih.

Calya nggak lebih baik. Imejnya sebagai cewek gorgeous nggak bikin dia "bersih". Usahanya menampilkan imej sebagai cewek sempurna; cantik, punya pacar ganteng, hidup oke, nggak bisa balikin sifat aslinya yang bejat abis! Gaya bossy-nya nyebelin banget. Astaga, kepengin nimpuk kepalanya pas dia nyuruh dua sahabatnya bela dia waktu ada kasus. Eh, bukan menyuruh, sih, maksa itu, mah.

Afreen juga sama aja. Label harus bisa lebih baik dari semua orang dan manusia suci bikin dia lama-lama terobsesi menjurus ke gila. Hanya karena nggak mau kalah dengan selebgram lain sampai membabat batas kewarasannya.

Astaga, kenapa harus kujelasin panjang lebar? Intinya, mereka semua gila.

Penulisnya sukses membuat karakter yang bikin emosi pembaca karena saking gilanya mereka, pemikiran waras kita jadi ikutan terguncang saking stresnya. Berkali-kali membatin, "Kok ada ya, manusia kayak gitu" dan well, meskipun ini fiksi, tapi nggak menutup kemungkinan di dunia nyata memang ada. Oke, mari nggak usah pikirkan itu.

Sebenarnya aku suka dengan gaya berceritanya yang ngalir banget. Pesan tersirat maupun tersurat yang tersampaikan juga nggak terkesan dipaksa. Kayak kegilaan tiga karakternya ngalir gitu aja, bukannya dibuat-buat. Tapi, mungkin cara blend cerita ketiganya kurang smooth. Beberapa bab hanya bahas Calya dan Isvara, lalu Afreen muncul di bab selanjutnya secara terpisah. Seolah konflik ceritanya muncul secara acak gitu. Kayaknya lebih keren kalau permasalahan masing-masing ini punya benang merah yang jelas.

Anyway, plis siapin mental dan kalau bisa jangan baca ini pas puasa karena bakal berpotensi bikin mulut (atau hati) refleks misuh-misuh.

Profile Image for Mas Alif.
173 reviews3 followers
July 27, 2024
Lumayan sih, Idenya menarik untuk ukuran trhiller Indonesia.

Ceritanya gini, ada 3 sahabat Calya, Afreen, dan Isvara. Mereka benci 1 guru. Karena kebencian itu membuat mereka mengatur rencana buat video gitu terus upload di media sosial. dan VIRAL.

Membuat mereka terkenal seketika dan membuat guru-guru jadi gak bisa asal gerak gitu.

Beberapa bulan kemudian, popularitas mereka menurun satu persatu. Kelabakan, akhirnya masing-masing mencari cara agar bisa bertahan.

Afreen dengan bakatnya bermain musik, tetap bisa memiliki followers yang banyak.

si Calya yang iri, akhirnya juga membuat sesuatu pada dirinya agar jadi viral yakni, something like erotic live, gak cuma itu dia menjadikan kehidupannya yang penuh drama jadi konsumsi media sosial.

dan Isvara? nah ini nih, Isvara sebenarnya adalah alasan utama mereka bertiga viral namun dia stuck dengan jumlah followers yang gitu-gitu aja. Malah cenderung menurun. diantara mereka bertiga yang secara fisik tidak terlalu menjual adalah Isvara. Jadi, singkatnya dia juga iri, cuma gatau mau gimana lagi biar viral.

Tapi, ternyata buah dari ketenaran membuat mereka mendapatkan banyak masalah. Disinilah "Trhiller story" dimulai.

Keegoisan mereka yang gila panggunglah yang membuat masalah menjadi lebih runyam, diluar masalah utama. Inilah yang membuat si villain sukses membuat mereka semua jadi tenggelam dalam permainan "playing victim" ini.

Overall, lumayan seru cuman gimana yah ada beberapa adegan yang agak-agak bikin "geli" khas cerita wattpad gitu, tapi gapapa kok inti cerita dan konflik yang dibangun masih tergolong jenius sih.
9 reviews
February 5, 2021
"Semua orang suka manusia tertindas"

Rate : 4,99/5

Review :

OMG. SUMPAH, THIS IS THE BEST DRAMA EVER. ceritanya begitu dekat sama kehidupan kita sebagai "netizen" yang cuma bisa mencuit ketika selebgram atau artis dunia maya melakukan sesuatu. Cerita ini bikin aku mikir keras, kalau sebenarnya netizen lah yang membuat semuanya mengacau. jika kalisn memulai drama, anggap netizen itu benih benih yang akan tumbuh jika kalian sirami drama. dan benih itu akan bertumbuh menjadi karma. Gilak!. bakalan jadi best book versi gue di 2021 sih.

Disini ada 3 tokoh, yaitu Isvara, Calya, Afreen

Singkatnya :
-Isvara yang haus perhatian
-Calya sang Drama Queen
-Afreen sang Ambisius yang sakit mental

Semuanya sakit banget. Ssking sakitnya, kita pembaca diajak gasspoll sama penulis pas baca buku ini. bener bener nagih and seru.

Gue kesel setiap ada satu tokoh yang habis membuat suatu aksi yang nyebelin, dan seteelah itu kita pembaca dikasih sesuatu yang bikin kita simpati sama tokoh itu. SUMPAH GUA kayak ombang ambing. ini gue mihak siapa?. 😤

Favorite quote :
bahkan orang terdekatlah yang dapat menghancurimu atau menjadi senjata.(agak lupa h3h3)

hal 164

Yah poin yang gua kurang suka :
ada beberapa penulisan yang bikin bingung. dan ada juga yang typo. but its okay. cuma mengurangi 0.1 poin. saking sesuka itu sama bukunya.

Good job buat Eva sri rahayu. semoga ada playing victim 2. kalo gak dibuat series kayanya Seru.

segitu aja review gue kali ini. terimakasih

Hello victim?...wanna play? (halah)
Profile Image for Alfin Rafioen.
181 reviews8 followers
November 10, 2020
Novel ini sangat fantastis karena unsur-unsur politik dalam setiap plot dan karakterisasi dari tiga tokoh sahabat, Calya, Afreen, dan, Isvara. Jujur menurut gue ini novel terbaik yang pernah ada karena menurut gue percaturan politik di dalam novelnya sangat kental. Ada sosok Afreen yang menurut gue adaalah pemain yang handal, menguasai permainan karena ia sendiri juga pembuat drama playing victim di novel ini.

Memang Afreen bukan pemain tunggal, tetapi dengan keahliannya ia mampu mengacaukan permainan yang dibuat Calya dan Isvara, karena mereka sendiri tidak lihai dan juga kemampuan mereka berdua tidak mumpuni dalam memainkan peran dan menguasai drama yang mereka buat. Walaupun Afreen pada akhirnya memakai teknik yang terlihat blunder padahal dia menurut gue membuat semacam butterfly effect yang membuat pengaruh kepada lingkungan luar dirinya.

Kekuatan penguntit di novel ini memang unggul terhadap Calya namun gue punya teori jika si penguntit berhadapan dengan Afreen, maka terjadilah remis di pertarungan mereka atau bisa saja Afreen unggul atas diri si penguntit.

Di percaturan ini, yang menurut gue paling lemah adalah Isvara yang di mana permainan ia kurang rapi namun ada setitik kekuatan yang ia miliki, membuat Dafis terjatuh di antara bidak catur permainan adalah bukti kesadisan dan manipulatif dari Isvara.

Secara setting tempat mungkin jarang dijelaskan namun tertutupi oleh fokus dari penulis yang membangun suasana, jadi setting suasana adalah kekuatan novel ini.


Profile Image for Jihan  Mawaddah .
34 reviews3 followers
September 16, 2019
Playing Victim bercerita tentang tiga orang sahabat yang terperangkap dalam permainan mereka sendiri. Sejak salah seorang guru mereka menjadi korban atas permainan ‘drama’ mereka, peristiwa demi peristiwa menghanyutkan ketiga orang ini lebih dalam lagi. Intensitas permainan mereka lebih brutal lagi dari waktu ke waktu hingga mengancam nyawa mereka sendiri. Kisah persahabatan mereka tidak cukup berhenti ketika ketiganya menyesap popularitas dan sudah tidak membutuhkan lagi satu sama lain. Ada banyak rangkaian peristiwa yang membuat ketiganya harus segera mengakhiri permainan mereka sendiri. Secepatnya atau tidak akan ada lagi nama mereka di dunia ini.

Isyvara, gadis cerdas yang bisa dibilang sebagai otak dari permainan mereka awalnya. Ketidaksempurnaan fisiknya membuat Isyvara tidak percaya pada dirinya sendiri. Meskipun dia pemalu dan mudah gugup, namun aktingnya sangat memukau. Bahkan dia mampu mengelabui guru konselingnya sendiri. Ia juga bisa membaca bahasa tubuh seseorang. Kelebihan yang tidak semua orang punya.

Calya, gadis cantik dengan sifat bossy ini dengan mudah meraih popularitas dengan kecantikan dan beberapa dramanya. Angka followersnya paling banyak dibandingkan kedua sahabatnya. Calya terjebak dalam hubungan asmara yang tidak sehat dengan teman semasa SMAnya. Calya juga sedang diikuti oleh psikopat berbahaya yang tidak mudah ditangkap begitu saja. Hidupnya terancam. Namun Calya tak peduli, sedekat apa bahaya mengancamnya, yang ia pedulikan hanya komentar dan angka pengikut di instagramnya.

Afreen, gadis paling pintar diantara ketiga sahabatnya. Memiliki sense of art yang bagus sehingga ia menaikkan popularitasnya tidak hanya dengan gimmick murahan, tapi juga dengan prestasinya. Namun siapa sangka pencapaiannya tidak pernah memuaskan altar egonya. Ia terus mencari cara agar menjadi yang nomor satu. Hingga ia menciptakan sebuah ilusi yang membahayakan dirinya sendiri.

Ketiga sahabat ini memulai sebuah drama yang membuat seisi sekolah enggan berteman baik dengan mereka. Bagaimana tidak? Permainan mereka sungguh berani hingga satu guru mengundurkan diri dari sekolah berkat ulah mereka yang memposisikan diri sebagai korban. Ide Isyvara ini tak disangka malah berlanjut hingga mereka memasuki perkuliahan. Bukannya berhenti, intensitas permainan mereka untuk menarik perhatian netizen malah semakin meningkat dan brutal. Netizen terpuaskan dengan cerita baru yang mereka ciptakan. Namun mereka tidak menyadari bahwa bahaya mengintai nyawa mereka hingga ketiganya mati. Akankah permainan mereka berhenti?



Bukannya mengurangi kecanduan terhadap sosial media, justru mereka menciptakan permainan baru untuk menyalakan kembali popularitas yang sedang redup. Intensitas permainan mereka semakin brutal seiring berjalannya waktu. Netizen mulai lelah dengan drama yang mereka ciptakan. Netizen menginginkan klimaks yang seru. Hingga akhirnya menyebabkan ketiganya berada dalam bahaya.

pict from unsplash.com

Satu hal yang berkontribusi besar terhadap sosial media anxiety disorder adalah faktor perbandingan dan keputusasaan. Artinya, foto-foto orang yang nampak di timeline kita mungkin sedang berlibur di pantai atau gunung bisa jadi akan menjadi pembanding dengan diri sendiri.
“Kok aku ngga bisa seperti dia ya?”

“Kapan ya aku bisa liburan seperti dia?” Dan beberapa perbandingan lain yang tidak kalah hebohnya.

Tentu kita pernah seperti itu.

Salah satu gejala Social Media Anxiety Disorder yang saya kutip dari Novel Playing Victim adalah seringnya kita melihat berapa jumlah like yang kita dapat, berapa komen yang kita dapat, dan hal lain yang berkaitan dengan jumlah pengikut/followers.Meskipun belum secara resmi ditetapkan oleh WHO sebagai penyakit mental, namun ada banyak penelitian yang menjelaskan tentang penyakit ini. Bisa jadi akan menjadi penyakit mental selanjutnya setelah “Kecanduan Game” dimasukkan sebagai penyakit mental oleh WHO.

Pada gilirannya hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan yang tingkatannya meresahkan (takut akan kegagalan pribadi). Perasaan kesadaran diri atau kebutuhan akan perfeksionisme kemudian akan muncul, yang sering kali memanifestasikan dirinya ke dalam kecemasan sosial atau pikiran. Kemudian masuk ke dalam otak yang mengindikasikan Gangguan Obsesif-kompulsif kalau kata psikolog.

Seseorang yang menggunakan Instagram, Twitter, atau Facebook saat ini mengindikasikan pemikiran mereka bahwa lebih penting kuantitas dibanding kualitas. Jumlah pengikut, tweet, dan “suka” yang kita dapat berapa? Sudahkah para pengikut kita puas dengan apa yang kita tampilkan di sosial media? Akhirnya kita dapat mengambil angka-angka yang tidak jelas ini dan menjadikannya dasar untuk mendukung pikiran negatif.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Tidak hanya menimbulkan kecemasan berlebihan seperti : “duh kok like nya cuma sedikit?”. Bahkan University of Chicago menemukan bahwa sosial media juga “lebih adiktif” daripada rokok. Hanya saja sosial media tidak akan menyebabkan emfisema atau penyakit hati, jadi mungkin orang-orang cenderung melupakan perbaikan itu.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
⁣⁣⁣



Kelak kita akan menyadari bahwa semakin dewasa seseorang, akan semakin lebih memilih menghabiskan ‘waktu yang berkualitas’ bersama orang-orang yang kita cintai daripada aktivitas lain yang dahulunya sering kita prioritaskan. Waktu yang berkualitas tanpa gawai yang menyebabkan semua kepala menunduk, mata tidak saling menatap, sibuk dengan “konten” masing-masing untuk ditampilkan dan dilihat teman-teman dunia maya bahwa “Inilah kegiatan kami hari ini dan kami (seolah-olah) sedang bahagia”. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Playing Victim menyadarkan kita, lewat cerita dari tiga tokoh utama. Playing Victim adalah novel urban thriller pertama yang membuat saya mulai menyukai genre ini. Berhasil kah Isyvara, Calya dan Afreen keluar dari permainan yang mereka buat sendiri? ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Sudah sebatas mana sosial media memberikan candunya? Sudah sejauh mana sosial media mengendalikan kita? ⁣⁣⁣

Hello Victim, wanna play?
⁣⁣⁣
Must read!  ⁣⁣⁣

Author : Eva Sri Rahayu, Penerbit : Noura Publishing. Cetakan 1, Mei 2019, 396 halaman.

Rate 4/5
Displaying 1 - 30 of 97 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.