Romijn-Indira Singgih mendapatkan semua yang cewek inginkan: karier OK di B&H, menjadi Permaisuri Budaya, diundang ke Cotillion, menjadi bagian dari komunitas eksklusif The Society, dan bahkan ia diminta menari pada puncak acara tahunan Rose Ball prestisius!
Dan tidak tanggung-tanggung, akibatnya Romy pun terseret ke dalam serentetan drama baru: bertemu Reinier Van Romijn si cowok keren yang ditawarkan mamanya yang seorang living icon anggun, persahabatannya dengan Tejas dihadapkan pada sebuah ujian, hari-harinya tak luput dari intervensi Ellie, Leslie, dan Pearl-Kingsley, para queen bee yang menganggap Harvey Nichols sebagai tempat bermain mereka, sampai pada pertemuannya yang monumental dengan Austin Hanafiah.
Selama ini Romy menganggap Austin hanya sosok inspirasional yang kaku dan tidak banyak berbicara. Tapi mungkin pertemuan mereka bukan hanya kebetulan saja, mungkin Audrey Hanafiah ikut andil dalam hal ini, mungkin sesuatu dari masa lalu Austin tengah menunggu, mencari waktu yang tepat untuk kembali ke permukaan dan menguji apa yang Austin dan Romy miliki selama ini.
Sitta Karina Rachmidiharja merupakan penulis kelahiran Jakarta, 30 Desember 1980 yang karya-karyanya diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Mizan, dan Lentera Hati Group.
Sebagian besar karyanya akan dirilis ulang oleh penerbit Buah Hati (Lentera Hati Group) mulai 2013, termasuk serial keluarga besar Hanafiah dan Magical Seira.
Ia pernah menjadi juri pada ajang apresiasi sastra Khatulistiwa Literary Award 2008, pengajar pada Coaching Cerpen Kawanku 2009 dan 2010, serta menjadi kontributor cerita dan feature article pada majalah remaja kenamaan seperti CosmoGIRL! , Gogirl!, Spice!, Kawanku, dan lainnya.
Selain menulis, Sitta sangat menyukai fashion, kopi, dan olahraga.
-----------------------------
Serial Magical Seira (akan rilis ulang bertahap 2012-2013):
Magical Seira 1: Seira and The Legend of Madriva Magical Seira 2: Seira and Abel's Secret Magical Seira 2.5: The Sand Castle Magical Seira 3: Seira and The Destined Farewell
Gue suka novel ini karena kisah cintanya adalah kisah cinta dewasa. Nggak berlebihan, terlalu mengumbar nafsu, dan realistis. Gue suka karakter Romy yang mandiri dan ceplas-ceplos walau terus terang, Austin bukan tipe orang favorit gue ya. Kalo nemu orang kaya Austin di real life sih gue pasti udah lari terbirit-birit karena merasa terintimidasi. Gue juga suka cerita-cerita tentang kehidupan bangsawan dengan gala2 dan pesta dansa (ga ngerti apa bedanya sih, tapi pokoknya yang kaya gitu lah!) dan di novel ini ada. Gak ngerti apa ini cuma rekaan Sitta Karina atau memang kehidupan sosialita di Indonesia juga ngikutin barat kaya gini. Lebih tepatnya Eropa ya baratnya. Satu yang gue ngga ngerti adalah mengenai flashback Romy dan Austin pas di Bali. Saat itu umur mereka brapa sih? Kok kayanya udah dewasa banget? Seinget gue Austin dan Audrey masih SMP deh dan Romy??? SD mungkin?? tapi kok omongannya dan pemikirannya udah dewasa banget ya? Yaaah biar gimana, gue tetep suka serial Hanafiah dan menantikan terus sampe cerita penutupnya. Siapa ya kira2 yang bakal jadi tokoh utama cerita penutupnya? Nara kah?
Novel ini saya habiskan kurang dari sehari. Itu berarti, kalau menurut saya, novel ini oke banget. Tapi kenapa cuma 4 of 5?
Pertama saya akan mencoba seobjektif mungkin. Halaman bukunya beneran menyebalkan buat saya. Kusam. Kesannya nggak niat banget gitu Terrant nyetaknya, jadi mata saya suka capek pas baca. At least, sebagai pembaca yang udah susah payah nemuin buku ini di rak toko buku, give me a good paper.
Terus, banyak tokoh pendukung (kalau bahasa kasarnya: nggak penting) yang namanya ribet-ribet dan kesannya jadi 'penting banget'. Padahal cuma muncul sekali-kali, bahkan ada yang nggak ada dialognya. Let's say for example: Skyla, pacarnya Skyla yang sekarang aja namanya saya udah lupa, nama teman-temannya Ellie Bhrasungko. Saya tahu mungkin Sitta Karina niat nyari namanya, cuma kalau seribet itu, nama karakter kurang penting bisa jadi distraksi. Oh ya, karakter pendukungnya banyak sekali. Banyak karakter yang bisa dicut, bisa nggak dihadirkan, tapi tanpa mendukung plot, malah dimunculkan.
Ketiga, banyak typo. Saya nggak ngerti deh. Masa tiba-tiba ada tulisan 'kematian Austin', itu kentara sekali kalau maksudnya 'kematian Audrey'. Tapi Sitta Karina pasti punya editor kan? Masa kesalahan seperti itu luput dari matanya? Selain itu masih banyak typo-typo lain, yang saking banyaknya, menurut saya Titanium harus dicetak ulang setelah diedit lagi.
Keempat, saya rasa kematian Audrey dan Nidya mengada-ada. Duh. Hari gini? Mungkin nggak sih seorang anak segitu perhatiannya sama ubur-ubur yang tersangkut di karang (kalau nggak salah sih Nidya terseret ombak karena ini) sampai berani mempertaruhkan nyawanya sendiri? Audrey, dengan bodohnya juga sok-sokan nolongin Nidya yang terseret ombak. Narendra, kakaknya Nidya, menyalahkan Austin (dia jadi neror Austin setelah kematian Nidya) dan bilang kalau Austin itu pengecut karena nggak nolongin Nidya dan Audrey. Please deh. Lo pikir semua orang di dunia ini pada udah bosen hidup apa? Tindakan Austin itu sangat pantas dilakukan 'orang waras dan nggak bosen hidup'. Naren justru yang aneh kalau menyalahkannya.
Tapi terlepas dari semua itu, konfliknya matang dan nggak klise. Oke dan nggak terlalu menye-menye, walaupun sebenarnya agak sinetron di beberapa part tertentu. Romy tough, nggak lembek kayak karakter novel pada umumnya. Dia bukan tipe perempuan yang tinggal nangis, berharap ada sosok malaikat dari antah berantah datang menyelamatkan dia.
Oh iya, sebenarnya Hanafiah series ini termasuk novel yang pointless. Jadi bagi yang expecting nilai hidup yang 'wah' dan bacaan serius, sudah jelas Hanafiah series bukan bacaan yang tepat.
Di buku ini, kita disuguhkan hidup para sosialita yang hura-hura. Tapi sebagai salah satu orang yang hidup dikelilingi 'sosialita', gaya hidup yang dijabarkan Sitta Karina memang tidak mengada-ada. Sosialita memang orang yang pergi ke Singapura kayak orang mau pergi ke Grand Indonesia.
Saya rasa. Sitta Karina termasuk pengarang yang underrated. Saya harap lebih banyak orang yang bisa mengapresiasi karyanya. Karena she's doing good research dalam menulis buku. Banyak teman-teman saya yang nggak tahu siapa Sitta Karina. But overall, thumbs up buat Sitta Karina. Semoga pengarang-pengarang pada 'melek' dan hopefully mulai membuat karya yang nggak klise... :)
sukaaaaa, dari semua seri Hanafiah yg ufah ada buku ini yg paling favorit. penasaran bgt setelah ini siapa yg akan diceritakan, untuk Dunia Mara ak harap sih cerita lebih dikembangin lagi, ngantung banget dan kurang banyak, mirip Imaji Terindah lah karena sama2 novella, jadi kutang greget lagian lebih banyak actionnya daripada hubunga Reno-Mara. berharap banget lagi setelah itu cerita Dio dan Rae Hanafiah :))
ceritanya ga jauh beda dari cerita2 sebelumnya... hanafiah yg akhirnya ga meneruskan bisnis keluarga tapi memilih bisnis sendiri, kaum socialite yang kerjanya foya2 *kata sitta*, terus hanafiah yg akhirnya ketemu orang biasa,bla..bla..bla.. hmm, waktu awal baca lukisan hujan pas masa SMA dan gw asik2 aja, skrg saat lbh dewasa gw mikir kayaknya sitta butuh ide dan wawasan baru deh seperti : -kaya sama kaya saling cinta itu ga masalah, ga harus kaya ktmu miskin -nerusin usaha keluarga ga salah kok, org tetep bisa dewasa dan berkembang.. ada jga tekanan ngurus usaha keluarga ex: kita dituntut untuk lebih baik dari pendahulu nb. gw bukan penerus usaha keluarga,just opinion
dri segi cerita : gw ga ngerasa hubungan austin dan romi sekuat novel2 sebelumnya kayak diaz sisy, niki inez
I didn't read any other Hanafiah series. I bought it because I love the title and the design of it's cover. First of all, characters! There are a lot of characters in this book. I am a little bit confusing and have to look few times at the chart to remember all of them. But that's the fun part. The details of every character makes multiple diverse on this story. The setting and the plot are brilliant. The writer let us know few things about the life of socialite. Two thumbs up for Sitta Karina!
Romijn Indira Singgih - Romy lebih memilih memandang hidupnya menggunakan logika ketimbang perasaannya, Romy adalah seorang yang realistis bukan pemimpi. Walaupun ia adalah seorang Permaisuri Budaya - yang kehidupannya dekat dengan sosialita, Romy membenci kehidupan gemerlap sosialita dan sebisa mungkin tidak berkecimpung didalamnya. Menurutnya, hidupnya sudah sempurna - memiliki sahabat lelaki yang seru, memiliki sepupu-sepupu yang seru, punya pekerjaan di Bliss & Hunter, punya Mama dan adik yang menyayanginya. Namun, pertemuan dengan Titanium-nya mengubah jalan hidupnya...
Austin Taura Hanafiah - Oz, dikenal sebagai Hanafiah yang dingin dan inekspresif. Masa lalu yang kelam selalu menguntitnya - setidaknya ini yang dirasakan Austin. Masa lalu yang membuatnya mempunyai musuh. Masa lalu yang pelan-pelan menghancurkan jiwanya. Masa lalu dimana ia selalu menjadi bayang-bayang saudara kembarnya, Audrey. Namun, seorang dewi yang ceria menghampiri hidupnya - Austin tahu dewi ceria itu pernah mampir juga di masa lalunya. Kali ini, ia bertekad akan melepaskan semua masa lalunya demi mendapatkan masa depan dengan dewinya itu...
Titanium ini -menurut saya- kisahnya lebih dewasa. Ngefans berat sama tokoh Romy ini - realistis, tomboi, dan optimis, namun tetap perempuan . Ceritanya ringan, rasanya gak drama-drama banget ya mungkin karena Romy digambarkan tough, jadi gak menye-menye. Rasanya senang lihat para sepupu-sepupu Singgih yang kompak banget satu sama lain, sama halnya dengan para sepupu Hanafiah. Jadi inget sepupu-sepupu gokil saya! =D
Membaca novel ini, harus gua katakan dengan jujur, menurut gua Pesan Dari Bintang masih yang terbaik.
Entahlah, gua ngerasa buku ini kurang 'soul'nya aja. Nggak greget. Nggak 'nyangkut'. Nggak gigit. Seharusnya masih banyak yang bisa digali lagi dari konflik-konflik yang ada di sini tanpa berkesan maksa dan--sori--lebay. Sedikit kejanggalan juga muncul dari tokoh Austin yang menurut gua agak-agak nggak konsisten (kepanjangan kalo gua tulis detil).
Sayang, padahal gua udah tergila-gila sama buku Sitta K sejak PDB. Bahkan Imaji terindah pun--yang sebenernya gua nggak begitu suka--masih lebih baik dari ini. Semoga seri Hanafiah selanjutnya bisa bawa soul yang dulu lagi.
Saya suka sekali dengan karakter Romy, apalagi dia digambarkan juga penggemar John Mayer ;)
(Spoiler alert)
Ceritanya ringan, tapi maknanya sendiri luas. Apalagi twist-nya. I don't really like the part when Tejas and Ellie are abducted, though, But somehow, I was interested in Skyla.
Favourite part? When Romy and Tejas were about to kiss, suddenly she saw the fencing tournament on tv. (oh yeah! AustinRomy FTW) I don't know why, it's just.. I like it..
And bravo to the men—yes, by that, I mean all of the men characters in this book—they are so gorgeous, brilliantly written.
Membeli buku ini karena tertarik dengan covernya dan belum pernah membaca buku karya Sitta Karina. Kemudian membaca buku ini tanpa tahu kalau buku ini adalah sequel yang ke sekian. Mungkin karena itu jadinya kurang nyambung. Apalagi dengan tokoh-tokoh yang lumayan banyak. Titanium adalah kisah keluarga mentereng, bertaburan merk-merk terkenal dan lokasi-lokasi keren. Di warnai kisah cinta keluarga berada dengan orang biasa memang selalu menarik.
hmm~ aku agak kecewa sama novel Sitta Karina yang satu ini.. beberapa hal yang buat novel ini cukup "tiring" untukku, pertama karena tokoh dalam cerita ini sangat banyak sekali.. kedua, banyak sekali detail cerita yang cukup melelahkan untuk dibaca.. sampai terkadang banyak bagian yang aku lompati.. :( meskipun begitu, aku tetap anticipate novel Sitta Karina yang berikutnya.. mudah-mudahan lebih sipp dari pada yang ini .. :)
Kisah Hanafiah akan selalu jd karya Sitta yg gw favoritkan. Kisah Austin pretty good, tp masih lebih bagus Lukisan Hujan (Diaz) dan Pesan dari Bintang (Inez). oh ya, dari awal cerita awal Hanafiah gw plg suka ma Nara.. So, i can't wait what Sitta's done about Nara's story. Still waiting :)
Whenever I need a pick-me-up this book always did the job. No matter how many times I've read it, I have always ended up falling in love with Austin all over again. xD
Buku ini sebenernya sudah baca pas baru terbit di perpustakaan, nyesel banget gak beli. Tapi tahun ini baru banget beli dari orang lain (buku second, harganya mahal boo) karena buku ini sangat jarang dan belum terbit lagi.
Sangat amat bagus untuk alur cerita, karakter hanafiah TOP bgt dan semua karakter yang mendukung ceritanya dikemas dengan menarik. Saya juga kurang baca untuk novel-novel Hanafiah lainnya, tetapi masih bisa ikutin kok walaupun belum baca Hanafiah #1 tapi mungkin kalau udah baca bisa bantu dikit untuk mendalami karakter hanafiah lainnya yang ada di cerita ini.
Kakak kedua tertua di hanafiah aduh liat tokohnya the coolest one banget wkwkkwkwkw dan pas baca bukunya itu bikin gergetan sama si austin. Once again sitta karina berhasil banget bawa pembaca ikut berimajinasi dengan alur cerita
Romijn-Indira Singgih memakai nama Titanium untuk proyek barunya karena terinspirasi oleh seorang pria yang ditemuinya di Portrait--Austin Taura Hanafiah. Menurut Romy--panggilan akrab Romijn, Titanium menggambarkan kepribadian pria itu; classy, dingin, dan tahan banting.
Namun, siapa sangka kalau ternyata Romy adalah seorang gadis yang telah disebut-sebut oleh sepupu Hanafiah akan diperkenalkan dengan Austin. Dan Austin yang memang sudah sering menjadi objek 'mainan' para sepupunya, entah mengapa setelah tahu target mereka adalah Romy, ia tak merasa keberatan. Akhirnya Austin pun tanpa disadari mendekati Romy dan berhasil membina hubungan dekat.
"Fondasi hubungan mereka segoyah kanopi hutan hujan di pedalaman Papua yang diinjaki nokturnal yang merambat dari satu pohon ke pohon lain."
Tapi, hubungan Austin dan Romy tidak berjalan dengan mulus. Ada banyak hal tentang latar belakang dan masa lalu keluarga Hanafiah yang perlahan terkuak. Tentang kegilaan-kegilaan mereka. Dan tentang seorang Audrey Hanafiah--saudara kembar Austin Hanafiah.
"Semua Hanafiah memang gila--dengan caranya masing-masing."
Di samping itu, hubungan persahabatan Romy dengan seorang pria bernama Tejas yang sudah berjalan semenjak mereka kanak-kanak, kini seperti menapaki puncaknya. Romy dan Tejas seperti menyadari sebuah kenyamanan mereka selama ini menunjukkan adanya hubungan yang lebih dari sekadar sahabat. Ada kalanya Romy bingung dengan perasaannya sendiri. Di lain sisi ia menyukai Austin, tetapi ia tidak bisa menghilangkan eksistensi Tejas di dalam hatinya.
"Masalahnya, cintakah dia pada Austin?
Atau sebenarnya Austin adalah objek kamuflase perasaannya pada Tejas?"
Hingga sebuah kejadian pun membawa Romy dan Austin ke Amsterdam untuk menyelamatkan Tejas dan Elly dari sekapan seorang musuh Hanafiah. Naren.
Di sana, hubungan Romy dan Austin semakin diuji. Austin mau tak mau harus melakukan sebuah pengorbanan demi menyelamatkan Tejas dan Elly. Dan itu bukanlah hal yang mudah.
"Mungkin.. saat itu aku jatuh cinta pada ilusi... pada imej Austin yang ingin dilihat mataku. You are my Titanium. You was."
-----Titanium-----
Complicated, ya? Ya, memang. Membaca novel ini menurutku merupakan hal yang tidak mudah. Kompleks. Karena ada banyak sekali tokoh dan konflik-konflik sepanjang jalan ceritanya.
Berbeda dengan saat membaca Pesan dari Bintang, meski novel itu dan novel Titanium ini sama-sama tebal, tetapi aku lebih enjoy membaca Pesan dari Bintang. Tidak berbelit-belit.
Di Titanium, aku merasa konfliknya begitu berlarut-larut. Satu konflik belum selesai, tiba-tiba sudah ada konflik baru. Dan hubungan antartokoh di sini juga menurutku agak 'labil'. Berubah-ubah. Kadang musuh bisa menjadi sahabat, dan terkadang sahabat malah menjadi musuh.
Sebenarnya aku merasa terhibur dengan friendzone Romy dan Tejas di sini (friend become lover garis keras xP). Karena hubungan Austin dan Romy itu 'agak membosankan'. Jadi kehadiran Tejas di sini sedikit banyak membangkitkan semangatku, sih ;p
Lepas dari segala kekurangan yang aku sampaikan di atas, buku-buku Kak Arie khususnya Hanafiah Series pada dasarnya memang memiliki cerita yang menarik. Jadi, semembosankan apapun, aku tetap ingin menghabiskannya sampai selesai. Di novel ini tulisan Kak Arie juga sudah lebih baik. Sudah jarang ditemukan ketidakkonsistenan kalimat seperti dalam novel Pesan dari Bintang. Meskipun masih banyak typo dan penggunaan kata awalan di- yang kurang tepat.
Saya salah satu fans berat Sitta. Tapi setelah baca buku ini, perasaan saya setengahnya senang karena lagi-lagi Sitta berhasil menulis sebuah buku yang 'Sitta banget', tapi setengahnya lagi kecewa dengan eksekusinya.
Dari halaman pertama, saya sudah disuguhkan dengan nama-nama yang banyak. Austin, Rae, Dio, Romy, Teas, Kintan, Danica, Putra, Rodi, Nicky, Demmi, Ellie, Leslie, Carrine-Kingsley, Ted, Ety, Kalin, dan whew, itu bahkan belum ada dua bab, kayaknya? Susah sekali ngehapalin nama-nama itu. Saya pikir mereka bakalan jadi tokoh signifikan - belum lagi sepupu-sepupunya Romy yang banyak itu. Tapi nyatanya, banyak yang bahkan nggak muncul lagi tanpa peran mendalam. Sayang, karena kesannya jadi tempelan dan cuma memperamai suasana aja.
Banyak inkonsistensi, seperti Austin yang pertama-tama bilang bahwa ia sekolah di Nasional High, tapi kemudian di belakang sempat disebutkan bahwa ia sekolah di SIS dulunya. Dan soal Ayah Romy yang lulusan Reutgers dan dikagumi oleh Austin, tapi kemudian di belakangnya di sebut lagi bahwa Austin nggak tahu bahwa bapaknya si Rome ini lulusan Reutgers. Sayang, penulis sebesar Sitta masih bisa luput dari kesalahan begini.
Tapi yang paling penting, sebenernya saya juga bingung sama kepribadian Romi. Anti-socialite, apa adanya, cuma bisa beli baju sale di Metro atau Sogo, tapi bisa hangout di tempat nge-wine, dan tempat-tempat high class kayak Hotel Mulia – dan bukan sekali dua kali, tapi lumayan sering? Yang saya tangkap, Romy ini anti kemewahan yang dipaksakan, hidup berkecukupan apa adanya, dan kadang sedikit – well, ngirit. Tapi kadang apa yang ditunjukkan Sitta seakan berkontradiksi dengan wataknya. Yang menurut Rome ngerakyat pun, menurut saya nggak merakyat-rakyat amat sebetulnya. Perubahan emosinya juga kadang kelewat cepat. Seperti waktu Tejas yang muncul sekilas di Ball di Belanda, Romi tampak terkejut dan kaget. Hampir nangis malahan. Tapi sesudahnya, nggak sampai 1 halaman, langsung balik lagi kepikiran dengan Austin – kayak kejadian Tejas tadi nggak pernah ada . Patah. Sepertinya ada bagian yang diloncati dan hilang. Sama seperti saat bagian Naren yang tertembak, dan Austin-Romi malahan tidak manggil ambulans, polisi or whatsoever – dan malahan berantem terus pulang! Jadi Naren dibiarin aja, gitu? Ck, kasian Naren. Dan, penting ya semua orang naksir Romy? Austin, Audrey, Tejas, Reiner, Arman, Duh, maaf ya. Tapi saya nggak suka Romy. Karakternya nanggung, saya lebih suka Inez yang gamblang. Yeah, tapi masalah selera aja sih
Sebetulnya, jalan ceritanya enak kok. Saya tahu, nangkep maksudnya apa. Dan saya suka. Beneran. Tapi cerita ini sebenarnya bisa lebih oke kalau ditulis lebih sederhana, tanpa taburan glitter dimana-mana.
Jadi, satu bintang untuk ceritanya, satu bintang untuk gaya bahasa Sitta yang selalu jempolan dan mengalir, dan satu bintang lagi untuk Tejas – iya, saya suka sama cowok metroseksual.
Another good book written by Sitta Karina... I didn't regret putting her as my most faved writer!
Cerita Titanium itu dewasa ya, beda sama teenlit kacangan yang lately membludak di pasaran. I'm so sick of immature -- yang anehnya berusaha dibuat mature -- love stories yang konyol dan nggak berbobot. At least I didn't feel the same when I read this book... pendek kata, I was completely hooked! Kisahnya bener2 pas sama usia mereka yang memang sudah bukan teenagers lagi. Pokoknya, two thumbs up deh.
Meskipun ceritanya kurang lebih sama kayak buku2 sebelumnya, saya tidak permasalahkan, since overall the storyline is okay, the characters are well-described, dan bacanya juga jadi enjoy. Bisa bikin berdebar2 juga. Beberapa yg agak kurang realistis dikit... ya, abaikan saja lah. Novel akan sangat booring kalo ceritanya sama aja kayak hidup nyata. It's fiction afterall.
Satu2nya kekurangan mencolok yang saya temukan di buku ini hanyalah design covernya yang terlalu kaku dan gak representatif. Well, maybe there's a certain quote saying don't judge a book by its cover, tapi nyatanya buat saya pribadi, cover itu berpengaruh juga lho. Kalau ini bukan bukunya Sitta, saya... nggak akan beli. Karena 'muka'nya aja keliatan kayak buku orang tua yang ngebosenin... polos dan kaku. Seharusnya bisa lebih 'manis' dikit dong.
Seperti biasanya, membaca buku Sitta (terutama tentang keluarga Hanafiah) selalu mampu membawa saya larut. Alhasil cukup waktu dua hari saja menyelesaikannya.
Entah kenapa, saya merasa ada yang kurang dari novelnya kali ini. Yang terbaca jelas adalah betapa akrabnya (dan kurang sukanya) Sitta dengan kehidupan Sosialita. Saking detailnya, saya sampai merasa ini benar-benar kejadian di Indonesia, orang-orangnya benar ada, hanya disamarkan, kekeeee...
Konflik batin Austin kurang tergambarkan, sehingga saya sempat merasa Austin (atau Sitta sebagai penulis) hanya mengada-ada konflik yang ada. Maksudnya, agak nggak masuk akal keadaan psikis Austin itu.
Di buku ini, kembali disinggung-singgung mengenai Nara (si sumber segala masalah, rasanya) yang membuat saya menanti-nanti ada masalah apa yang disiapkan Sitta untuk Nara ;p
umm nggak tau kenapa, tapi saya jadi kurang suka dengan buku-bukunya sitta karina belakangan ini. walaupun saya kurang suka, ada dua alasan yang membuat saya membaca buku ini: dari awal saya mengagumi austin, dan teman saya berkata bahwa yang satu ini lumayan bagus. jadi akhirnya saya memutuskan untuk membeli novel ini.
tapi, saya menemukan kalau titanium ternyata mirip dengan buku-buku sebelumnya. saya jadi bosan, dan belum sampai halaman ke 150, saya sudah membalik buku ini sampai ke halaman terakhir hanya untuk membaca endingnya. menurut saya ceritanya agak tidak realistis (atau mungkin hanya perasaan saya saja), dan ada beberapa hal yang saya pikir janggal (yang tidak perlu disebutkan).
yah, tapi saya tetap mengharapkan nantinya masih ada novel-novel dari sitta karina yang akan saya sukai.
ahirnya buku ini keluar juga. dari awal baca buku2nya sitta karina, gua sangat penasaran sama ceritanya austin yang karakternya dingin dingin cool ga ketebak itu. setelah baca, kesannya biasa aja. masih lebih bagus yang pesan dari bintang. ada yang kurang. gua sendiri bingung gimana ngomonginnya. yang pasti kurang greget, kurang...eugh. mungkin salah satu faktornya adalah alurnya dan gaya kalimatnya hampir sama kaya buku2 sebelumnya, dimana diceritain kalau keluarga hanafiah ini adalah salah satu keluarga terpandang dan masuk ke dalam jajaran sosialita. tapi gua takjub banget sama sitta karina yang hebat banget ngedeskripsiin barang2 bermerk dan lokasi2 keren yang berhubungan sama the hanafiahs ini. :)
baru pertama kali baca buku tentang keluarga Hanafiah dan aku udah suka! (iya ini buku pertama yang aku baca, padahal ini bukan buku pertamanya keluarga Hanafiah-.-)pengetahuan Sitta di buku ini banyak banget, sempet heran, dia kerjanya apa sih? kok pinter banget ngolah pengetahuan sama alur novelnya jadi bagus. dan buku ini juga banyak banget nyebutin merk, haha.
disini Sitta juga menonjolkan budaya Indonesianya juga. nyiptain kehidupan socialitenya juga bagus, sebenernya yang nyatanya ada juga gak sih? hehe.
nyimpen quote bagus nih: Tetap membumi Romy. Dengan kau membumi hati terasa lebih bijak. Lihatkah suatu masalah dari banyak sudut pandang. jadilah berlian sejati; ia dapat memancarkan kilaunya yang terindah karena tubuhnya memantulkan cahaya dari banyak sisi. pg.247
Sitta Karina kembali menyuguhkan kisah tentang keluarga Hanafiah di novel terbarunya ini. Saya juga masih terkesima dengan sosok cowok-cowok dari klan Hanafiah itu yg digambarkan oleh Sitta sebagai sosok yg tampan. Kali ini setting novelnya berkisar di antara Jakarta dan Belanda. Sitta begitu fasih menggambarkan segala detail lokasi di negeri Belanda itu.
Wah..pokoknya keren deh novel ini. Ditambah dengan intrik2 yg lebih banyak dibandingkan dgn novel-novel yg terdahulu, menciptakan kesan cerita yg agak kelam dari titanium ini. Novel yg cukup menghibur. Bagus..tapi masih belum mengalahkan kekaguman saya pada Lukisan Hujan, novel pertama Sitta.
I actually want to give 5 star to this book, if only the book's condition is perfect.. Too bad it's not.. The one that I've got has repeating page, so I can't read 17 page of this book bcs it's repeated the previous page twice.. I can't follow the story line n immediately thrown forward to the ending.. Sbagai penikmat buku, menikmati ending without knowing how the problem solved in a book, it really feel upsetting.. Over all, if you're a Hanafiah's lover, this book won't disappointed you.. Sitta Karina slalu bisa mngajak para pembaca bukuny utk ikut berimajinasi mlalui buku2 yg ditulisny.. Cool.. Collecting her books are totally worth it (at least for me).. Kekeke~
Titanium bukanlah karya terbaik Sitta Karina, karena beberapa bagian pernah ditemukan di buku-buku Sitta yang sebelumnya.
Kisah Romy dan Austin sendiri cukup menarik, tapi sayangnya kesannya terlalu monoton dan sama-sama aja dengan buku-buku sebelumnya (jadian dengan orang biasa dsb). Di novel ini, Nara kembali disinggung2 dan kembali ada mafia2 seperti di putri hujan dan ksatria malam. Agak-agak tidak realistis sebenarnya, tapi buku ini tetap berhasil "menghipnotis" saya untuk begadang menghabiskannya.
Masih kelanjutan dari jajaran keluarga besar Hanafiah. Kali ini yang jadi tokoh utamanya adalah Austin Hanafiah. Plot Titanium hampir mirip dengan cerita-cerita sebelumnya yang menyuguhkan kisah asmara keluarga Hanafiah yang super mentereng dengan seseorang dari keluarga yang biasa saja tetapi mempunyai pribadi yang menarik.
Saya suka dengan plot semacam ini bukan karena saya pikir Cinderalla berhasil karena bantuan fairy godmother, tetapi karena Cinderella mau berusaha mengasah kepribadiannya hingga ia mendapat recognition yang sesuai dengan usahanya.
Udah suka baca novel dari SD, tapi pertama kali beneran jatuh cinta sama tokoh novel waktu gue baca Titanium. Austin, dingin dan tahan banting bak titanium, tapi punya sisi hangatnya sendiri. Ceritanya sendiri klasik dan ada satu sisi konfliknya kurang nendang, tapi satu hal yang bikin gue suka banget sama semua karya Sitta Karina, lattarnya kuat banget, seolah olah bukan fiksi dan ada di antara kita. Novel yang bikin gue ga pengen cepet cepet nyelesein.
Simpel bukan karena ceritanya jelek, tapi karena ga pengen ninggalin dunia yang udah dibangun Kak Sitta =D
Finally ngabisin seri nya Hanafiah~~~ Rasanya itu plong banget. Buku ini kalo menurut gue romance nya lebih kental dr pd seri Hanafiah yg sebelum2nya. Was good enough. Austinnya bokk remind me of Beno bgt, tp tetep yaa 'lempeng' nya Beno gaada yg ngalahin wkwk Cuma kalo dibuku ini karakternya bertaburan dimana2 kadang sampe bingung-_- Terus agak gak suka ama karakter Austin yang terlalu nurut apa kata orang, padahal itukan hidupnya ngapain ngikutin kata orang lain. Tapi suka bgt sama karakternya Romy!! Contoh cewek Indonesia yg harus di contoh bgt. Overall suka kok sama cerita iniii
Seriously, ini adl seri Hanafiah pertama yang saya baca, karna selama beberapa minggu saat jaman kuliah sempat di oper sana oper sini sama temen2 di kelas. Jadilah saya penasaran, buku apa sih sampai digilir begitu. Dan akhirnya saya ikut masuk antrian meminjam *thanks to Okti sang pemilik*. Saya memang selalu pnya "sesuatu" klo sdh dihadapkan pada deskripsi pria matang yang memiliki aura mengintimidasi. hehehe. Selain itu dari smua seri Hanafiah di sini keterlibatan nenek helena paling kuat, dan saya suka bgt. Harapannya semoga kisahnya Nara akan lebih amazing dari ini^^,