Jump to ratings and reviews
Rate this book

Falling

Rate this book
Carly merasa hidupnya berjalan normal. Ia punya orangtua yang menyayanginya, calon tunangan yang tampan dan perhatian, serta sahabat-sahabat yang peduli padanya. Namun, Carly selalu merasahidupnya belum utuh, ada kehampaan dalam hatinya. Sampai satu titik ia bertemu Maggie, dan ia tahu hidupnya takkan pernah sama lagi. Maggie memiliki karier sukses dan tahu bahwa dia tidak seperti
perempuan kebanyakan. Dan, Maggie tidak pernah ragu dengan apa yang dia inginkan dalam hidup.
Sampai ia bertemu dengan Carly dan menjalin hubungan kerja. Hubungan yang berlanjut pada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang dalam, dan mengubah pandangan serta perasaan mereka selamanya. Hingga akhirnya Carly pun menyadari bahwa dia perlu jatuh cinta pada orang yang salah untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya...

320 pages, Mass Market Paperback

First published March 19, 2015

21 people are currently reading
249 people want to read

About the author

Rina Suryakusuma

17 books111 followers
She is just an ordinary woman with million dreams. Falls in love with words, music and lots of thing. Knows everything that she has, is only by His grace.
The author of Nonik Jamu, Selangkah Darimu, Let's Fall in Love, Gravity, Falling, Lullaby, and more.

For her, life is what happen while you're busy making other plans :))

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
43 (21%)
4 stars
48 (24%)
3 stars
60 (30%)
2 stars
29 (14%)
1 star
20 (10%)
Displaying 1 - 30 of 54 reviews
Profile Image for Pattrycia.
351 reviews
March 31, 2015
I think my one star rating deserves an explanation, so here goes.

Waktu pertama saya tahu buku ini mengangkat tema yang unusual & cukup sensitif, saya agak skeptis namun penasaran, karena pengarangnya cukup ternama. Saya agak reluctant untuk baca tapi karena sudah terlanjur dibeli, ga mungkin saya biarkan teronggok begitu saja (padahal TBR list sih panjang).

Basically buku ini berkisah tentang orang ketiga. Layaknya di sebuah novel romance, suatu hubungan akan berakhir dengan kehadiran orang ketiga, uniknya di buku ini, orang ketiga tsb sama gendernya dengan orang yang selingkuh. Menurut saya, Carly disini sudah termasuk selingkuh perasaan. Most of the time, kita diceritakan bagaimana galaunya Carly yang selalu berdebar-debar bila bertemu bosnya, Maggie. Jujur, alasan terbesar saya memberikan rating yang rendah adalah ketidaksukaan saya pada karakter Carly. Menurut saya Carly itu egois & hanya memikirkan perasaan sendiri. Dia tdk memikirkan perasaan calon tunangannya Seth yang khawatir & bingung melihat perubahan pada diri Carly. Dia juga terkesan dingin & apatis terhadap Papanya, padahal Papanya adalah satu2nya orang tua yang iya punya. Selama ini juga Papa Carly selalu berusaha untuk memberi perhatian & memperbaiki hubungan diantara mereka, tapi Carly selalu kabur & mengelak. Bahkan papa Carly tidak memasalahkan orientasi seksual Carly, asal Carly bahagia. Saya rasa it's okay kalau memang Carly ingin bersama dengan Maggie, tapi yah ga perlu lah menyakiti perasaan banyak orang untuk mewujudkan itu. Saya juga ga ngerti knp si Carly jd terkesan terobsesi sama pekerjaannya, padahal kenyataannya dia cuma rindu sm Maggie. Dia juga selalu host pity party buat dirinya, padahal kalau dia mau lihat sekelilingnya banyak orang yang sayang sm dirinya & peduli banget sm dia.

Selama saya membaca buku ini, saya sangat berharap bukunya cpt sls, padahal saya sudah ga tahan. Mungkin emang saya yang kurang cocok sama tulisannya. Ada beberapa kalimat atau ungkapan yang agak aneh menurut saya.

P264 Everything just remind her about her!
I know that you mean everything reminds Carly of Maggie but that sentence sounds weird.
P157 Semakin lama Papa semakin jarang kembali cepat.
I asked my 15 year-old brother if that sentence sounds off. Mungkin yang lebih cocok "Semakin lama Papa semakin jarang pulang cepat."
P304 Ia diam sejenak, melepaskan kacamata penahan matahari dan menyimpannya di laci kendaraan.
Kacamata penahan matahari? Kacamata hitam maksudnya kan?
P255 dirasakan pipinya sembap,...
CMIIW, bukannya kalo nangis biasanya matanya yang sembap? Saya cek KBBI sembap itu artinya bengkak. Masa iya abis nangis pipinya bengkak?

Another one of "it's not you, it's me" cases. I guess it's just not my cuppa tea. Despite all my rants, Kudos to the author who managed to write such a difficult topic.

Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
April 12, 2015
Judul: Falling
Penulis: Rina Suryakusuma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 320 halaman
Terbitan: Maret 2015

Carly merasa hidupnya berjalan normal. Ia punya orangtua yang menyayanginya, calon tunangan yang tampan dan perhatian, serta sahabat-sahabat yang peduli padanya. Namun, Carly selalu merasa hidupnya belum utuh, ada kehampaan dalam hatinya. Sampai satu titik ia bertemu Maggie, dan ia tahu hidupnya takkan pernah sama lagi.

Maggie memiliki karier sukses dan tahu bahwa dia tidak seperti
perempuan kebanyakan. Dan, Maggie tidak pernah ragu dengan apa yang dia inginkan dalam hidup.
Sampai ia bertemu dengan Carly dan menjalin hubungan kerja. Hubungan yang berlanjut pada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang dalam, dan mengubah pandangan serta perasaan mereka selamanya.

Hingga akhirnya Carly pun menyadari bahwa dia perlu jatuh cinta pada orang yang salah untuk menemukan dirinya yang sesungguhnya...

Review

Buku ke-2 dari Mbak Rina Suryakusuma yang kubaca. Sebelumnya sudah baca Perfect Mess (review di sini) dan saya lumayan suka dengan buku itu. Makanya pas keluar buku baru dan Mbak Rina, dan setelah baca blurb-nya, saya langsung memutuskan untuk membeli buku ini.

Dari blurb-nya, rasanya sudah cukup jelas bahwa buku ini mengangkat tema L dari LGBTQ. "Falling" bercerita tentang Carly, seorang karyawan Organizational Development Program di sebuah perusahaan property developer. Setelah masa pelatihan selesai, Carly ditempatkan di divisi leasing yang terkenal karena manajernya yang perfeksionis dan galak. Nama manajer itu Maggie.

Carly awalnya merasa tidak cocok dengan Maggie, tapi setelah berbagai peristiwa yang membuat Maggie tampak lebih manusiawi di matanya, Carly mulai merasakan ada perubahan pada dirinya. Sebuah rasa baru tumbuh dalam dirinya terhadap manajernya itu. Padahal dia sudah punya seorang pacar, Seth, dan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Saya suka dengan berbagai konflik, yang kebetulan semuanya bersifat interpersonal, yang diangkat penulisnya di sini. "Faling" bukan hanya soal perasaan Carly pada Maggie, tapi juga hubungannya dengan Seth, serta hubungan Carly dengan ayahnya. Saya paling suka resolusi konflik antara Carly dengan ayahnya.

Untuk kisah Carly dan Seth, saya bisa paham kenapa ada yang bilang kalau Carly ini egois. Dia memang terkesan "segala sesuatunya tentang aku", tapi kurasa kalau berada di posisi Carly dan berada di sebuah persimpangan besar, mungkin rasa mementingkan diri ada baiknya juga. Karena, nantinya kan dia juga yang akan menjalani kehidupan itu.

Bagian yang saya rasa agak kurang itu tentang Maggie dan Laura. Masih ada tanda tanya besar soal hubungan mereka. Saya rada penasaran sih dengan kisah mereka. Apakah akan ada novel lain yang menceritakan hubungan mereka?

Untuk typo, ada beberapa. Kebanyakan pemenggalan kata yang salah tempat, alias ada tanda '-' di antara kata yang bukan di tepi margin. Typo yang agak parah ada di halaman 247. Di situ tertulis "you are not walk into love". Anehnya, kalimat ini dipakai di pembatas bukunya, dan di sana sudah benar tertulis "you don't walk into love".

Secara cerita, buat saya 4 bintang, tapi saya memutuskan untuk memberi 1 bintang tambahan karena endingnya. Sebelum ini, saya pernah baca 2 novel Indonesia yang mengangkat tema serupa: Dicintai Jo dan Relung-relung Gelap Hati Sisi. Kebetulan kedua novel ini mengambil akhir cerita yang lebih "tradisional". Karena itu, saat membaca akhir cerita "Falling" saya merasakan sesuatu yang segar dan saya suka dengan keputusan penulisnya ini.

"Coming out bukanlah sesuatu yang mudah, Carly. Risikonya begitu besar. Kamu akan dijauhi. Kamu akan dicibir oeh lingkunganmu, Bahkan mungkin, keluargamu tidak akan mengakuimu sebagai anak lagi." -Maggie (hal. 234)


Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
- 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge
Profile Image for Rizky.
1,067 reviews89 followers
April 2, 2015
Ini bukan pertama kalinya aku membaca karya Mba Rina, selama ini aku mengenal tulisan Mba Rina dari lini Amore, sehingga ketika aku mendengar Mba Rina akan menerbitkan novel terbaru dengan lini Metropop, aku sangat antusias dan ingin segera membacanya. Apalagi setelah melihat sinopsisnya yang simple, aku sudah jatuh cinta, dan ketika membalik backcover untuk mengintip sinopsis ceritanya, aku membayangkan sebuah kisah yang tidak biasa.

Ini mungkin bukan pertama kalinya tema ini diangkat, tetapi buatku Mba Rina mengambil tema ini cukup mengejutkan, karena selama ini aku mengenal tulisannya memang tentang cinta, tapi ringan dan manis, tidak terlalu banyak konflik.

Diceritakan dengan sudut pandang Carly, seorang ODP cerita ini bermula. Ketika Carly harus menjalani sebuah training dan dimentori oleh Maggie, seorang atasan yang gila kerja dan sangat perfeksionis. Ya, Carly ditempatkan di divisi Leasing yang terkenal dengan bosnya yang galak dan menghendaki seluruh dibawah kendalinya.

Awalnya Carly merasa tertekan dengan sikap Maggie, tetapi perlahan-lahan hubungan mereka mencair. Sebuah kejadian tak sengaja saat melihat Maggie sedang sakit yang berakhir dengan sebuah kerokan di toilet menjadi titik balik cerita ini...

Hidup Carly menjadi tidak sama lagi. Entah kenapa Carly mulai merasakan sesuatu yang berbeda dengan dirinya terhadap Maggie. Apalagi saat itu, kekasihnya Seth terus mendesaknya dengan rencana pertunangan mereka. Entah itu sindrom pra pertunangan, hubungan Carly dan Seth malah menjadi berantakan, Seth seakan menjadi protektif dan pemaksa yang membuat Carly makin menjauh.

Ternyata ada hal lain yang jauh lebih besar daripada itu. Carly pun mulai galau dengan perasaannya sendiri, terutama rasa yang hadir datang menyelinap untuk seseorang yang sesungguhnya terlarang untuknya. Tetapi Carly seakan tak mampu membendung perasaannya.

Disinilah sebagai pembaca, aku seakan diajak menyelami perasaan Carly mengenai perasaannya. Antara menolak dan terus mempertahankan perasaan yang tidak semestinya ada itu. Tapi entah kenapa, aku malah benar-benar tidak suka dengan karakter Carly. Carly seakan mementingkan perasaannya sendiri, semua hanya tentang dia, terutama tentang Seth calon tunangannya mau berusaha untuk berubah. Carly berubah menjadi seorang yang egois, seakan Carly yang paling menderita dengan keadaannya. Ayahnya yang mau memperbaiki hubungan pun tidak dianggapnya sama sekali, padahal ternyata ayahnya sangat mencintainya dengan caranya sendiri.

Namun, ini semua hanyalah kisah fiksi. Dan kalau mau dibilang ini kisah romance biasa, tentang cinta segitiga, tentang perselingkuhan, tentang arti keluarga, yang berbeda adalah tokohnya saja yang kebetulan sedang dipermainkan oleh cinta yang sesungguhnya terlarang untuknya. Ending yang dipilih pun cukup mengejutkanku walau memang tetap berakhir happy ending.

Walau memang ini bukan karya Mba Rina yang membuatku puas membacanya dibandingkan dengan karya-karyanya yang lain, tetapi aku tetap memberikan 2.5 bintang untuk Falling yang membuatku betah membacanya hingga akhir^^
Profile Image for Tiara Orlanda.
201 reviews18 followers
December 30, 2016
Review selengkapnya https://bookishstory.wordpress.com/20...

Berangkat dari kovernya, aku suka dengan kovernya dan judulnya, semuanya sederhana sekali. Aku baru sekali membaca buku Rina Suryakusuma, sejujurnya aku agak tidak menyangka Rina akan menggunakan tema yang masih termasuk tabu ini dalam bukunya.

Tema-tema seperti ini sebenarnya bukan tema yang aku sukai karena aku sangat kesulitan memahami perasaan tokohnya, tapi buku ini sendiri cukup bisa aku nikmati mungkin karena minimnya adegan-adegan yang vulgar.
Profile Image for Caca Venthine.
372 reviews10 followers
April 1, 2015
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Bahkan yang kelihatan baik, sepenuhnya tidak seperti kelihatannya (lah ini mau review buku apa khotbah) ._.

Jujur, pas tau Ci Rina nelurin anaknya langsung excited banget. Sampe-sampe baca sinopsisnya pun cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan, gk mudeng gitulah. Makanya di bikin terbengong2 sama kisah Carly dan Maggie yang memang 'begitu' ya ._.

Carly punya segalanya. Kerjaan yang mapan, sahabat yang oke punya, tunangan yang super duper tampan, dan anjing chihuahua yg badannya mirip anak babi campuran sapi dgn berat badan berlebih bernama Hanzen Ecen Buntel (bentar bentarr, ini kya nya anjing gue deh) Maap maap -,,-

Intinya yaa, pas Carly kerja dan punya pembimbing bernama Maggie yang dikenal galak dan selalu intimidasi anak didiknya ini, semua hidupnya berubah. Carly seperti menemukan sesuatu di diri Maggie. Iyaa, dia jatuh cinta sama Maggie. Dan memang, Maggie nya sendiri lesbian.

Awal mula, hubungan Carly dan Maggie jg gk semulus kelihatannya. Hingga lambat laun, mereka dekat dan ya saling nyatain perasaannya. Hanya aja mereka cuma masih ragu sih. Carly gk mau ninggalin tunangannya karena dia gk mau seperti mamanya yang di masa lalu pernah ninggalin papanya. Sedangkan Maggie sendiri gk mau Carly dibuang oleh keluarganya seperti dirinya. Udahlahh yaa endingnya mah mereka tetep sama-sama kok (review macam apa ini) ._.

Bisa dibilang dari novel ci Rina yang pernah gue baca, mungkin hanya di cerita ini gue gk nemuin pesan2, nasehat2, atau pembelajaran seperti di novel lain nya. Tapi, gk bisa bohong, selalu dan selalu suka sama tulisannya Ci Rina. Patut diacungi jempol buat Ci Rina dengan membuat tema seperti ini. Mungkin kalau boleh jujur, gue sendiri agak gimana gitu ya sama orang yang punya kelainan seksual. Tapi hebatnya, disini sma sekali gk dibikin jijik dengan ceritanya.

Jadi buat lo yang mungkin mengernyitkan dahi saat membaca ini, ATAU jijik sehingga menjudge cerita ini tidak bagus, kalian salah. Karena intinya, jangan pernah judge cerita ini jelek karena tema seperti ini, tapi selalu liat cara nulisnya dan bagaimana penulis bisa menyampaikan cerita ini dengan kalimat yang tidak membosankan dan bikin males bacanya. NO! Karena gue selalu nikmatin tulisan ci Rina dengan tema yang berbeda-beda :p

Ehh iya ada pelajaran juga sih yang bisa gue tangkep di cerita ini. Orang yang dilahirkan dengan keadaan 'berbeda' gk sepatutnya kita pandang sebelah mata, karena mereka punya kehidupan sendiri dan gk ngusik hidup kita. Gk semua manusia sempurna, bahkan dilahirkan dengan normal pun, bisa jadi hidup kita gk lebih baik dari mereka.
Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
November 24, 2015
“Aku tidak menyesal dilahirkan berbeda. Aku cinta setiap jengkal kehidupanku kini. Kalau ada yang kusesalkan, itu hanya satu. Aku terlambat mengenal kamu.” –Falling, hlm. 214-215



Semuanya akan berlangsung dalam hitungan bulan. Carly dan Seth sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari memilih gedung untuk resepsi pernikahan mereka, suvenir-suvenir lantas mencicipi satu per satu makanan yang akan dihidangkan. Namun, kian lama Carly menjalani rutinitasnya, hatinya kian merasa gundah.

Sebagai salah satu karyawan ODP (Organizational Development Program) angkatan kedua, Carly mungkin bukan orang yang beruntung. Mentor barunya—Maggie—memiliki karier sukses dan etos kerja yang melebihi karyawan lainnya. Sikapnya dingin dan tidak tanggung-tanggung menegur bawahan dengan kalimat pedas.

Pertemuan Carly dan Maggie tidak menuai impresi yang baik. Selain kerjaan yang luar biasa menumpuk, Carly tak lagi memiliki waktu bersama Seth. Maggie memang orang yang kejam saat berkata-kata. Namun, malam itu, ketika Carly diam-diam mencuri dengar pembicaraan telepon atasannya dengan seseorang. Carly tahu, Maggie punya sisi lain, hal yang orang lain tak pernah tahu, namun membuat dirinya selalu berdebar-debar.




Rina Suryakusuma tak bisa dibilang wajah baru dalam kancah kepenulisan roman. Namun, membaca “Falling” karyanya, yang terbit beberapa bulan lalu, merupakan sebuah jendela yang memberikan hawa baru bagi dunia Metropop Indonesia. Jika sebelumnya di resensi “Critical Eleven” karya Ika Natassa, saya sempat menyinggung masalah gaya bahasa novel Metropop yang cerkas dan ceriwis khas chicklit-chicklit Amerika dan Inggris, nyatanya, walau punya label yang serupa, Rina Suryakusuma bercerita dengan gaya yang amat berbeda.

Dari cover-nya yang manis dan elegan, “Falling” berbicara jauh dari ekspektasi calon pembaca Metropop pada umumnya. Rina Suryakusuma mencoba mengangkat tema yang masih dianggap tabu di Indonesia dengan pengemasan yang begitu dewasa dan terasa santai, yaitu sebuah genre L dari LGBT. Yang mana saya nyaris tak pernah menemukannya dikemas dengan gaya Metropop. Kendati sebelumnya pernah menjumpai tema unik tersebut diangkat menjadi sebuah ide cerita, tapi kerap kali hanya sebuah cerita pendek, jarang ada yang memadukannya dengan sebuah latar berkultur kosmopolit.


Baca selengkapnya di: https://janebookienary.wordpress.com/...

4 reviews
January 3, 2016
Metropop yang berani dan keren menurut saya. Ini pertama kalinya saya baca bukunya penulis. Dari beberapa artikel yang saya baca, Falling merupakan debut Metropop penulis. Dalam buku ini Rina Suryakusuma berani mengangkat tema yang nggak biasa. Salah satu genre L dari LGBT. Waktu baca novel ini, saya nggak berdebar-debar atau tiba-tiba harus tarik nafas karena tegang bacanya. Justru saya merasa tenang. Ceritanya mengalir tanpa harus dibuat-buat. Eits, tenang bukan berarti novel ini nggak menarik. Tapi entah kenapa cara Rina Suryakusuma menuturkan cerita ini benar-benar membuat saya nyaman. Ada beberapa bagian cerita yang membuat saya menutup buku sejenak untuk berpikir. Seperti konflik batin Carly, Maggie & pilihan hidupnya, masa lalu Carly dan mama papanya. Juga kehidupan LGBT yang masih tidak bisa diterima dalam masyarakat kita.
Mengingat tema yang diangkat Rina dalam novel Falling ini tidak biasa, tapi saya suka kisah Carly & Maggie yang menurut saya disampaikan dengan sopan. Suasana kantor yang jadi tempat pertemuan Carly & Maggie juga terasa sangat hidup. Pesan moralnya juga nggak terkesan menggurui. Saya justru mendapatkan pesan moral dari keseharian masing-masing karakter tanpa merasa dikuliahin.
Saya juga melihat ada beberapa typo di buku ini. Tapi karena ini baru cetakan pertama, saya rasa masih bisa dimaklumi. Semoga untuk cetakan kedua dst bisa diperhatikan untuk menjaga kenyamanan pembaca.
Profile Image for Alya N.
306 reviews12 followers
March 28, 2015
Well, what can I say, first thing alasan gue beli buku ini karena warna dan desain cover nya yang terlalu menarik untuk dilewatkan.

Blurb di belakang buku rada kurang pas ya kayaknya. Di situ digambarkan seolah-olah hidup Carly normal dan goes well, padahal ternyata latar belakang kehidupan Carly nggak semulus yg digambarkan di blurb.

Buku ini menunjukkan bahwa yang namanya orientasi seksual seseorang itu memang bisa berubah. First time baca tulisan Rina Suryakusuma dan ternyata nulisnya enak, nyaman untuk dibaca. Scene favorit gue adalah bagian Prolog, yang menampilkan dialog antara Carly dan Jo Anne, sahabat Carly. Gue suka semua conversation things between Carly dan Jo Anne.

3,8 of 5.
Profile Image for Marina Lee.
65 reviews26 followers
April 7, 2015
Dari sinopsisnya gue udah nyangka ini buku tentang LGBT. Ternyata bener deh tebakan gue. Gak nyangka aja penulis bakalan nulis soal beginian, abisnya kan biasanya mainstream aja gitu di amore yang selalu happy ending.

Bagus ih, gue lumayan suka. Cuma rada gak suka sama Carly aja yang rada-rada nyebelin. Egois gitu, hahaha. Tapi taraf nyebelinnya masih bearable lah. Kalo Maggie, entah kenapa gue rada ngambang sama karakter yang ini. Nggak kuat, nggak lemah. Biasa aja gitu, makanya gue bilang rada ngambang.
Profile Image for Camila Nadia.
10 reviews
September 10, 2015
Bisa jadi salah satu cerita bertema LGBT terbaik yang pernah saya baca.

Walau ada bbrp kesalahan ketik yang agak ganggu (ya, saya bacanya niat banget sampe perhatiin satu-satu.. I tend to do that to books i really do enjoy)

Dan ada bbrp inkonsistensi deh.. Seperti di halaman 30 dimana harusnya tempat Lilian dan konconya nggosip kan di kafeteia ya bukan di toilet? Sama halaman 150.. Dimana sebelumnya katanya pagi itu si Carly pergi ke kantor naik taksi.. Tp kok kemudian ada tlisan dia lagi nyetir haha kesalahan minor sih, tp mugkin bisa diperbaiki untuk cetakan selanjutnya :)
Profile Image for inas.
388 reviews37 followers
August 15, 2017
Oke. Aku suka ceritanya. Suka temanya. Bisa dibilang, Falling tuh novel ketiga bertema lesbian yang kubaca setelah Hujan dan Teduh sama Club Camilan (ini tiga novela jadi satu sih, tapi anggap saja sama :P). Dan, formasi dua cewek satu cowok! Aku nggak suka formasi itu, tapi kalo ceweknya suka sesama jenis, nah—lain lagi ceritanya. >w<

Karakter yang paling menarik simpati tentu aja Carly, disusul Seth, baru Maggie.

Aku emang dilema sih, antara “seneng” lihat Seth patah hati, dan kasihan pas adegan itu beneran muncul. Sungguh, aku nggak nyangka Seth bakal berubah sedrastis itu, semanis dan se-penuh-pengorbanan itu, demi memperjuangkan apa yang pengen dia dapet.

Carly juga berhasil ngebawa plot jadi berlika-liku. Satu tindakan kecil yang akhirnya merambah ke mana-mana. Pilihan demi pilihan yang rasanya salah semua. Dibanding Maggie yang watak juteknya lebih melekat ke benak pembaca, Carly justru mengalami perkembangan karakter yang paling pesat.

Perkembangan karakter Maggie ada sih, tapi rasanya cuma sebentar Dan, menurutku, karakter Papa sama Jo Anne kurang ada perkembangan itu. (Yha tapi mereka nggak ambil porsi banyak juga sih, mau gimana lagi.)

Oh ya, meski plotnya berlika-liku, aku ngerasa kurang ada drama. Maggie sama Carly cuma ngebahas Laura sama Seth, terus nggak pernah bener-bener punya kontak yang saling berhadapan. Emang sih, bakal nggak masuk akal. Dan toh, emosi tiap tokoh udah dideskripsikan dengan baik—baik banget malah. Cuman karena kurang bertatapan itu tadi, rasanya urutan kejadian yang ada tuh kurang variatif. Kurang greget. Kurang... ngambil risiko. =w=

Terus, aku banyak nemu fragmented sentence juga. Kayak di hlm. 57:

“Toilet wanita yang cukup luas, bersih dan harum oleh aromaterapi yang dipasang otomatis dan akan selalu memercikkan aroma green tea setiap lima belas menit sekali.”


Nggak jelas, subjek sama predikatnya di mana. Kecuali “dan” setelah otomatis itu dibuang, pasti jelas maksud kalimatnya gimana.

Sama hlm. 70:

“Carly merasa tatapan Maggie yang tertuju padanya, lagi dan lagi.”


Terus, di hlm. 155, disebut kalo Carly naik taksi. Terus, di hlm. 157 malah nyetir sendiri. Ini maksudnya ngambil tempat duduk sopirnya atau gimana?

Dan, di hlm. 166, ada salah diksi—“mengacuhkan”—yang harusnya mengabaikan.

Terus, typo-nya nggak banyak. Cuman pas sadar, makna ke kalimat sama konteksnya jadi aneh.

Jadi yha, tiga bintang.

Anyway, ada kalimat bagus Seth sama Maggie yang jadi favorit:

“Nggak perlu minta maaf. Kata mereka, dalam cinta, seharusnya tidak usah ada kata maaf.” —hlm. 300


“Yah, sorry to say, kadang kebenaran itu memang menyakitkan dan nggak enak didengar telinga. Akui saja, bukan karena aku jahat atau sinis yang bikin kamu tertekan. Tapi karena kamu tahu kalau apa yang aku bilang itu benar. Kamu memang pintar cari alasan.” —hlm. 312


P. S.: Satu lagi yang bikin Falling lumayan cocok buatku—aku nggak masalah Carly mau milih siapa antara Seth sama Maggie. Pertengkaran ketiganya natural dan nggak terlalu banyak asumsi (cuma keraguan dan ketakutan aja, tapi nggak ada tuduh-menuduh klise kamu-nggak-peka, kamu-tukang-PHP, dan semacamnya). Nggak suka ya nggak suka. Marah ya marah. (Kayak di hlm. 312 itu.)

Terus, perasaan sama chemistry ketiganya udah “ketata”. Jadi, menurutku, mau Carly milih siapa pun, bakal fine-fine aja secara teknis.

Plus, aku ngebayangin Carly kayak Eunseo WJSN, dan Maggie kayak Dawon WJSN (meski rambutnya pendek, aku ngebayanginnya gitu).

Carly:

description

Maggie:

description

Yang bikin aku kepikiran WJSN:

description
Profile Image for Ella Oktaverina.
288 reviews1 follower
March 1, 2017
"Aku tidak menyesal dilahirkan beda. Aku cinta setiap jengkal hidupku kini. Kalau ada yang kusesalkan, itu hanya satu."

"Apa?"

"Aku terlambat mengenal kamu." (halaman 214-215).

First, let's take a moment to say 'aww'! Carl isn't the one who melts when Maggie says those lines!

Ini reaksi paling mungkin yang ditunjukkan Carly:

Yes, Noora!

Falling berkisah menggunakan sudut pandang Carly. Carly baru saja diterima sebagai karyawan ODP sementara dalam beberapa bulan ia akan menjalankan pertunangannya dengan Seth, seharusnya ia bahagia, tetapi ia malah tidak merasa bahagia. Mendengar kata 'pertunangan' yang berulangkali diucapkan oleh Seth, ia malah tertekan. Tanpa disangka-sangka, ia malah jatuh cinta dengan atasannya sendiri di kantor, bukan kisah cinta yang sederhana karena yang ia cintai adalah seorang wanita, namanya Maggie.

Sepertinya ungkapan yang sesuai dengan novel ini adalah, "Dari kerokan turun ke hati." Klise kan?

Konfliknya lebih banyak dari yang saya duga, ini yang membuat saya jadi pening. Di antaranya tentang Carly sama Maggie itu sendiri, Carly sama Seth, Carly sama sang papa, Carly sama masa lalu sang mama, bahkan Carly sama Jo Anne. Semuanya rumit meskipun akhirnya beberapa terselesaikan dengan cara yang membuat saya kurang puas. Ada yang kurang dengan ending-nya, kurang 'menggigit' kalau menurut saya.

Terlepas dari itu, applause untuk Mbak Rina Suryakusuma yang sudah menembus batas dengan menulis kisah percintaan yang seperti ini. Sebuah langkah yang menurut saya sangat berani lebih-lebih karena percintaan sesama jenis sangat kontroversial di negeri ini.

P.S: Everyone you meet is fighting a battle you know nothing about -- the quote reminds me of SKAM lol
Profile Image for Wardah.
926 reviews171 followers
December 22, 2015
Saya baca novel ini karena sempat jadi bahan pembicaraan di grup Joglo. Kebetulan nemu gitu aja di Ijak. Dan kemarin petang saya membaca novel ini dalam satu kali duduk.

Tulisannya enak. Asik buat dibaca. Page turning banget, bisa dibilang gaya cerita penulisnya. Kovernya cantik. Langsung cinta aja gitu liat kovernya.

Ceritanya ... paling cuma gender tokohnya aja yang bikin kaget (meski saya nggak kaget karena sejak awal udah tahu ini gaylit). Suka masa lalu Carly. Suka juga bagaimana penulis menyelesaikan masa lalu Carly. Intinya sih kisah ini kayak novel roman biasalah.

Tapi secara keseluruhan saya menikmati. Gaya ceritanya asyik untuk diikuti. Bakal diulas lebih di blog segera. :D
Profile Image for Tommy Tommy.
4 reviews
September 6, 2020
Wow... Ga nyangka ada jg metropop yang berani mengangkat tema lesbian dengan ending yang 'Happy' terakhir gue baca novel delusi jg angkat tema gay berending happy... Agak jarang memang


But


Walau disini carly benar benar terlihat egois... Dengan mencampakkan seth yang jelas jelas begitu memujanya~ dan berbagai macam persoalan lainnya yang tak kalah pelik tapi disatu sisi gw cukup puas dengan resolusi penyelesaian konflik dengan ayahnya

Awal bacanya rada sebel tapi ya balik lagi ke diri sendiri kadang ketika kita jatuh cinta, benar benar jatuh sejatuh-jatuhnya memang logika terkadang ga akan dipakai kan?? Dan terkadang perasaan memang tak bisa dipaksakan.
Profile Image for Meytatak.
14 reviews1 follower
July 3, 2015
OMG.. i love this book. Buku ini penuh kejutan. Kita, para pembaca gak bisa menebak ke mana cerita ini belabuh. Kita akan disajikan cerita dengan banyak kata-kata kiasan tapi mudah dicerna. Belum lagi, banyak kalimat-kalimat yang "quotes-able".
Profile Image for Michelle.
10 reviews
April 13, 2015
Gimana ya, premisnya mengesankan. Tapi rasanya gue nggak suka sama karakter utamanya. Egois banget.
Profile Image for Zakia El.
19 reviews
July 26, 2024
Aku rate ini 4/5

Buku metropop yang mengambil tema berani yaitu kaum LGBT di Indonesia. Buku ini menurutku dari segi premisnya menarik banget, baca blurb nya aja udah kerasa stresnya Carly yang tiba - tiba naksir bos yang membimbing dia di kantornya, apalagi bosnya juga sama - sama cewe seperti Carly. Dan itu terbukti saat aku baca buku ini, bener - bener kerasa dilemanya Carly ini, yang rasanya semakin ke tengah semakin tambah parah aja. Adegan happy happy nya juga lebih sedikit daripada adegan sedih dan dilemanya yang menurut aku normal ya. Walaupun disini mengambil dari sudut pandangnya Carly, tetapi aku kurang suka sama karakternya. Kata aku dia cukup egois sih, serta alasan dia sebel sama Seth tunangannya kurang make sense aja. Kata aku juga ya wajar aja Seth nanyain keadaan dia, ingetin acara pertunangan mereka terus - terusan cause i think that's what a lover does kan? Jadi, disini rasanya kurang fair aja bagi karakter Sethnya. Apalagi setelah Carly sok sok an ngasih kesempatan kedua padahal itu posisinya dia udah sadar sama perasaan dia ke Maggie, bosnya, kata aku cukup impulsif dan bikin aku makin geregetan sama dia.

Yang dari aku kurang juga sih karakter Maggienya, bagi aku dia kental banget dengan typical bos galak judes tapi cantik ya. Tapi ya itu aja. Karakternya kurang di explore sampai nemu uniknya karakter ini itu apa. Aku tahu kita kalo lagi jatuh cinta tuh ya jatuh aja gitu secara tiba - tiba, mungkin itu yang ingin sang penulis beri tahu kepada pembaca, tetapi alasan yang membuat Carly tiba - tiba jatuh sejatuh itu dan kepikiran Maggie terus menurutku kurang sih. Tapikan kadar baper orang beda - beda ya, mungkin Carly setelah dibela 'sekali' aja sama Maggie langsung baper, kita tidak ada yang tahu.

Seperti yang aku bilang, di buku ini adegan sedih dan dilemanya lebih banyak tetapi satu dua adegan Carly dan Maggie yang berduaan cukup lucu menurut aku. Buku yang mengusung tema romance tapi romancenya tipis - tipis. Ya, ini membuktikan sih romance ga sekedar haha hihi doang. Apalagi di buku ini romancenya sama - sama perempuan, sikap mereka satu sama lain kalau dari mata orang awam ya biasa saja, hampir tidak terbaca. Bahkan aku tidak sadar Maggie mulai naksir Carly waktu kapan sampai dia sendiri yang mengaku saking tidak terbacanya. Dari segi dilema, bingung, dan sedihnya Carly yang baru pertama kali suka sesama jenis, buku ini sukses menggambarkannya. Hanya ada beberapa kesalahan minor yang bisa dimaklumi tetapi aku cukup enjoy bacanya, ending buku ini juga cukup memuaskan walaupun rasanya seperti menormalisasikan orang ketiga dalam hubungan ya wkwk. Ya kita doain semoga Seth dapet jodoh yang lebih baik :p
Profile Image for Neneng Lestari.
295 reviews1 follower
June 20, 2017
Kalau ada bintang minus ... bakal pilih minus 100


Carly memiliki kehidupan sempurna. Seth mencintainya. Pekerjaan bagus. Sahabat yang baik. Tapi semuanya terasa salah. Dan terasa benar saat ia bertemu Meggie, wanita yang menjadi atasannya.

LGBT

Aku tidak suka cerita ini

Aku tidak suka endingnya

Aku tidak suka alurnya

Aku tidak suka semua yang ada dalam novel ini

Dan aku nggak akan review apa-apa.

Karena buku kayak gini nggak pantas buat di review. Dan kalau pun aku review, aku cuma bilang bakal kasih nilai MINUS SE MINUS MINUSNYA

Buku yang menampilkan sisi salah dan mencoba membenarkannya

Dan remaja di bawah umur jangan coba-coba baca ini. Bacaan ini seolah membenarkan penyakit aneh mereka. Buat orang tua, awasi anak-anak kalian
Profile Image for nasya.
782 reviews
March 12, 2024
Cukup kaget sebetulnya karena ternyata buku ini membahas isu yang cukup sensitif, terutama di negara ini, yaitu lesbian. Tapi ternyata aku nggak begitu suka sama jalan ceritanya, menurutku Caryl ini jahat banget sama Seth, dia yang selingkuh, dia yang marah-marah sama Seth seolah apa yang dilakuin Seth itu salah dan menjadi pembenaran dia selingkuh, padahal menurutku, apa yang dilakukan Seth masih sangat normal. Dan semakin kesel lagi, karena di akhir Caryl seolah nggak merasa menyesal dan bersalah sama Seth. Membaca sampai akhir hanya untuk menunggu penyesalan Caryl, tapi yeah cuma sepotong doang bagian itu.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Dhea Safira.
Author 8 books2 followers
September 3, 2017
Novel ini mengajarkan saya untuk membaca blurb dahulu sebelum mulai membaca isi buku, juga untuk membaca blurb dengan saksama.

Saya hanya membaca blurb sekilas, sampai2 tidak membaca kata Seth dan tampan.

Nah, pas mulai baca, saya langsung skip banyak part cuma untuk tahu gimana endingnya.

Saya memang konservatif yang masih menjunjung tinggi nilai moral. Karena itu, novel ini jelas bukan 'my cup of tea'.
Profile Image for elisa.
Author 4 books5 followers
September 11, 2019
Aku tak menyangka aku bisa menyelesaikan novel ini dengan cepat. Terlebih tema yang diangkat jelas bukan tema yang aku suka.

Tapi Mbak Rina bisa menggulirkan kisah Carly dengan baik. Meski agak geli dengan skinship Carly dan Maggie, tapi aku masih bisa lanjut baca.

Kegalauan Carly sepanjang novel, sedikit banyak membuatku kasihan.
Tapi aku jauh lebih kasihan sama Seth sih...
Duhh cowok sebaik itu tersia-siakan. Hikz...
Profile Image for Cindy Pricilla.
Author 4 books13 followers
June 22, 2017
Maaf, cuma dibaca setengah dan langsung lompat ke ending.
Buku ini bukan jelek, aku suka penulisan penulisnya. Hanya saja buku ini nggak sesuai dengan gelas tehku. Itu saja.

Psst, temanya nggak biasa, tentang L. Ya, aku memang konservatif, jadi rada geli gitu baca ini ditambah karakter tokoh utamanya nyebelin, menurutku.

Maaf ya, cuma 1 bintang. Anyway, sampulnya ciamik.
Profile Image for Nur Fadilla Octavianasari.
565 reviews45 followers
June 28, 2018
#2018-[92]
Hmm, sorry to say Saya nggak suka idenya. Call me homophobic, whatev!
Mungkin kalo Saya bisa netral dan nerima keadaan Carly dan Mags ceritanya sebenernya oke kali ya, tapi ya itu tadi....
Jadi 2/5 aja kayanya udah mentok banget buat Saya.
Profile Image for Phélan.
54 reviews6 followers
January 23, 2017
Sebenarnya saya belum selesai membaca Falling, tapi saya sudah tidak tahan lagi. Toh, sekitar setengah jam-satu jam lagi buku ini akan tamat saya baca. Mungkin saya bias karena emosi saya sedang jengkel saat ini (dan sebagian karena buku ini), tetapi mari bahas satu per satu dari hal yang tidak saya sukai terlebih dulu.

1. Tidak ada yang lebih saya benci daripada tokoh yang panas-dingin kemudian lolos tanpa sangsi berarti. Saya paling benci jika seorang penulis menulis tentang tokoh yang cuek bebek, dingin, berjarak, jahat, tidak tersentuh, apalah apalah, lalu mendadak dia berubah menjadi orang yang perhatian, hangat, ramah, dan bullshit-bullshit lainnya. Lalu, dia akan kembali menjadi dirinya yang cuek bebek, dingin, berjarak ... begitu saja diulang lagi.

Biasanya perilaku ini dibenarkan dengan suatu alasan tertentu. Biasanya tidak jauh-jauh dari si tokoh ini memiliki kisah asal-usul yang keras jadi bersikap dingin adalah satu-satunya opsi baginya untuk bertahan, tetapi semua itu berubah saat dia bertemu orang yang dia cintai ... halaaah!

Saya tidak memiliki masalah dengan perubahan karakter sebuah tokoh. Tuhan tahu manusia adalah makhluk yang kompleks; perubahan karakter bukan hanya terjadi di dunia fiksi melainkan dunia nyata pun. Namun, sebagai orang yang menuntut fiksi untuk lebih logis daripada dunia nyata, saya menginginkan perubahan itu beralasan. Dan saya menginginkan alasan yang berarti. Perubahan karena dia jatuh cinta kemudian merasa bahwa cintanya salah atau dia hanya akan merepotkan si orang yang dia cintai sehingga dia kembali berjarak tanpa babibu itu a) terlalu sering dipakai sampai jadi klise dan b) eyerolling banget, sumpah.

Okelah kalau si tokoh harus menghadapi konsekuensi dari perubahan sikap mendadaknya itu, yang walau (((ngakunya))) demi si tokoh lain tapi kenyataannya cuma bikin repot dunia persilatan. Lha, nyatanya seringnya tokoh-tokoh lain hanya memaklumi, kok. Sedikit saran untuk orang-orang di luar sana: kalau ada orang yang bersikap dingin padamu kemudian mendadak jadi ramah tapi tak lama kemudian jadi dingin lagi, larilah. Tidak peduli mereka berdalih itu karena cinta, kamu pantas mendapat orang yang bersikap rasional dan tidak seenak jidat meninggalkan kamu.

2. Saya paling tidak suka kalau ada kalimat asing yang menyelip di tengah narasi. Satu-satunya pengecualian bagi saya adalah jika cerita ditulis dari sudut pandang orang pertama yang memang sering berbicara bilingual atau multilingual, sehingga jika dalam narasinya dia mendadak beralih bahasa, itu tidak mengherankan. Itu pun sebisa mungkin dibatasi agar tidak terlalu banyak. Satu kalimat per bab tampak cukup. Selain dari itu, sebaiknya jangan beralih bahasa dalam narasi kecuali memang benar-benar kepepet. Dan definisi kepepet saya: tidak ada padanan lain dalam bahasa Indonesia.

Namun, sungguh, ada banyak sekali narasi berbahasa Inggris dalam buku ini; bikin saya geregetan. Seringkali pun kalimat-kalimat yang ditulis dalam bahasa Inggris bukannya bentuk ekspresi atau idiom yang memang pasti sulit dialihbahasakan. Seringkali, kalimat yang berbahasa asing sebenarnya kalimat sederhana yang bisa dengan mudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aduh, penulis, Anda menulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris? Tolong, make up your mind!

3. Penggunaan. Tanda. Seru. Yang. Berlebihan. Baik tanda seru jomblo, tanda seru yang nongki-nongki dengan kawan-kawannya (walau rasanya saya baru satu kali menemukan tanda seru yang berulang seperti ini: !!!), maupun tanda seru yang dipasangkan dengan tanda tanya. Yang terakhir yang paling mengganggu saya.

Saya merasa, salah satu tantangan menjadi seorang penulis adalah bagaimana menyampaikan intonasi tertentu tanpa menuliskan setiap tanda baca yang akan kita dengar dalam percakapan sehari-hari ke atas kertas. Jika kita memaksa untuk memasukkan setiap tanda baca dalam percakapan sehari-hari, akan ada berapa banyak elipsis, tanda seru dan tanda tanya berulang, serta tanda seru yang digabungkan dengan tanda tanya!?

Bukannya saya mengatakan jika seorang penulis belum dapat menyampaikan intonasi bertanya sekaligus berseru tanpa menggabungkan '!?' atau '?!' tidak usah menulis sama sekali. Bukan begitu. Tapi setidaknya, cobalah untuk tidak overusing tanda tersebut. Saya merasa, tanda seru dan tanda tanya adalah dua tanda baca yang paling rentan di-abuse penggunaannya dalam fiksi. "Multiple exclamation marks are a sure sign of a diseased mind." -Terry Pratchett. Atau jika kuringkas: tanda serumu harimaumu.

Riviu ini sudah berisi ironi yang cukup memenuhi jatah saya sampai besok lusa. Mari saya selesaikan sepertiga terakhir buku ini dan lihat apakah opini saya berubah nantinya.
Profile Image for Jill.
11 reviews
August 5, 2022
Tipikal novel teenlit biasa gitu. Cukup bisa membawa perasaanku sih, keselnya sama Seth dan jo anne yg seakan memaksakan atau memojokkan carl. Ini juga yang diangkat kan lesbian ya, jadi mungkin buat pasaran Indo masih agak susah diterima. Tapi buat yang mau tau gimana kondisi seseorang sewaktu come out atau baru sadar kalo L word, bisa baca ini, nggak berani bilang this is what happen in real life tapi bisa jadi gambaran sedikit. IMHO, romancenya sebenernya common ya, nggak begitu wow sampe gimana gitu.
Profile Image for Odet Rahmawati.
Author 2 books10 followers
September 8, 2015
Saya nggak suka sama tokoh utamanya.

Sejak prolog udah bingung, Carly ini cewek apa cowok, sih? Nggak begitu jelas soalnya. Terus makin ke sini kok ya sikapnya makin menyebalkan. Egois dan labil, apalagi selama bilang 'mau menghindari perasaan jangalnya tapi dia justru menunjukkan sikap sebaliknya' pfft. Bahkan saya bingung dengan alasan Carly suka sama atasannya ini. Cuma gara-gara dengar Maggie berantem sama mamanya di telepon? Cuma karena untuk kali pertamanya dia melihat Maggie lemah dan muntah2? Cuma karena acara kerokan di toilet? T_T


Bagi saya pribadi ini alasan yang dangkal untuk bisa memiliki perasaan semacam itu. Okelah kalau di dunia nyata, bisa saja perasaan begitu mendadak muncul, tapi dalam novel... saya berharap ada alasan yang lebih kuat. Seperti salah satu tokoh Clara Ng di dimsun terakhir misalnya. Pokoknya yang lebih dalam dan rumit, karena perasaan semacam itu pun emang sangat... apa namanya? Nggak biasa barangkali, buat sebagian orang.


Okelah, Carly emang punya masa lalu yang kurang menyenangkan. Orangtuanya selalu berantem sampai akhirnya mamanya minggat, dan ayahnya nggak melakukan apa-apa untuk menghentikan hal tersebut. Tapi, kalau dipikir-pikir mamanya Carly juga emang egois. Nggak menerima keadaan keluarga dan ngeluh melulu. Bahkan alasannya minggat sungguh konyol. Benarkah ada mantan pacar yang sukses mau saja membawa pergi istri orang lain untuk diobati? Pfft. Apa si pria kurang waras dan nggak mempertimbangkan bagaimana perasaan suami dan anak-anak perempuan tersebut? Saya tidak bisa membayangkan karakter seperti itu dapat berprilaku segegabah begitu. -,-


Saya simpulkan, masalahnya dulu bukan cuma berasal dari sang ayah yang terlalu banyak diam, tapi sikap mamanya pun nggak begitu baik. Mungkin akan lebih ngena di logika saya seandainya Carly membenci sosok pria seperti ayahnya, apalagi setelah mamanya meninggal, si ayah malah sibuk kerja--nggak punya waktu buat dia. Kemudian dia bertemu Maggie--yang seandainya punya sikap melindungi atau ramah dan lebih banyak interaksi di antara mereka, sehingga ada percikan-percikan perasaan tersebut di antara keduanya. Hal-hal yang selama ini tak dia dapatkan. Bukan malah dihadapkan dengan sosok bos dingin dan galak, kemudian mendadak merasa jatuh cinta? Pfft. Atau dia punya banyak kisah manis soal mamanya yang bikin dia lebih nyaman dekat dengan perempuan. Atau bisa juga dia punya pacar yang kasar dan egois, sehingga membuatnya merasa kurang diterima. Jadi alasan dia dekat dengan Maggie bisa klop--bagi saya.


Kalau alasan Maggie memilih Carly sih, mungkin, mungkin, dia sudah bisa menilai atau memprediksi bahwa si Carly memang ada potensi begitu. Makanya sampai dibela di depan atasan pas Carly bikin ulah di hari pertama kerja.


Kemudian soal calon tunangan Carly, yah emang agak nyebelin sih, tapi kenapa juga Carly nggak membicarakan masalah itu sejak awal? Kenapa dia nggak berani bilang sama calon tunangannya kalau selama ini dia nggak nyaman sama sikap bawel si calon tunangan? Kenapa semua diledakan pada saat Carly merasa terganggu karena tunangannya merusak suasana manisnya bersama Maggie?


Sikap kekanak-kanakan Carly makin menyebalkan ketika memilih menu makanan untuk acara pertunangannya sampai dia mutuskan si calon tunangan begitu saja. Carly sukses membuat saya berhenti meneruskan membaca kisahnya sampai tamat.
Profile Image for Dhamala Shobita.
Author 7 books15 followers
April 1, 2016
Sebenarnya mau kasih bintang 3.5 untuk novel Falling-nya Mbak Rina. Tapi apa daya, bintangnya tidak bisa dipotong dua. :D
Saya jatuh cinta pada sampulnya. sampulnya sungguh apik. Sederhana namun terasa indah. So aesthetic.

Tema LGBT memang masih sangat jarang diangkat pada novel-novel di Indonesia. Di luar pro kontra LGBT di masyarakat, Mbak Rina mampu mengangkat topik itu ke dalam novel yang ditulis dengan cukup apik. Percakapan Carly dan Maggie sungguh natural, tak jarang percakapan mereka membuat saya sebagai pembaca tersenyum sendiri karena manisnya. Carly dan Maggie memang bisa dikatakan tidak begitu banyak menghabiskan waktu ‘manis’ bersama. Dalam novel Falling, mereka lebih banyak bertemu untuk urusan pekerjaan, dilengkapi dengan sikap dingin Maggie yang menyerupai bongkahan gunung es.

Momen termanis Carly dan Maggie adalah momen di apartemen Maggie setelah acara tahun baru. Selfie, foto polaroid yang mereka ambil berdua, juga tangan yang saling bertautan. Manis. Meskipun sebenarnya saya menemukan kejanggalan ketika Maggie yang dingin tiba-tiba saja berubah lunak dalam waktu cepat. Lebih dibuat bertanya lagi ketika Maggie memberanikan diri memanggil Carly dengan sebutan ‘sayang’.

Latar belakang cerita di perkantoran membuat feel Metropop terasa sekali dalam novel ini dan bukan sekadar tempelan belaka mengingat ada beberapa bagian pekerjaan Carly yang diceritakan memang dengan cukup detil di dalam novel Falling.

Ada beberapa catatan selama saya membaca. Meskipun saya bukan orang yang pandai mengomentari bacaan, saya hanya mencatat hal-hal aneh yang tertangkap mata saya. Pertama, ada penyebutan sepatu dengan hak sepuluh sentimeter (hlm. 30). Bisa dibayangkan bagaimana seorang karyawan di kantor sebuah mal, menggunakan sepatu dengan hak sepuluh sentimeter kemudian berlari-lari dari tempat makannya menuju kantor. Beberapa bagian novel ini juga tidak konsisten menggunakan kata ‘tidak’ dan ‘nggak’ dalam satu bagian percakapan yang entah mengapa kadang membuatnya terasa janggal.

Beberapa quotes favorit dari novel Falling ini, antara lain :
1. Apa yang kautakutkan akan menghampirimu. – hlm. 15
2. Satu kondisi terburuk yang mungkin dirasakan oleh seseorang adalah memendam rasa cinta karena tahu tak ada sesuatu yang bisa mengembalikan situasi seperti sedia kala. – hlm. 189
3. You don’t walk into love. You fall in. That’s why it’s so hard to get out. – hlm. 247
4. …yang terbaik adalah menerima apa pun yang ditawarkan oleh hidup pada kita dan menjaga agar yang paling kita semangat, bahagia. – hlm. 263
5. When life takes you to unexpected places, love brings you home. – hlm. 319

Karena termasuk kategori novel dewasa, novel ini saya rekomendasikan pada para pembaca yang ingin menikmati tema bacaan baru. Segar, bikin deg-degan dengan keringanan dan manisnya isi di dalamnya. 
Displaying 1 - 30 of 54 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.